Thursday, February 20, 2014

Pasar for Dummies

Kemaren saya pergi ke pasar. Setelah mutusin bahwa di kulkas udah nggak ada lauk lagi, kecuali sarden kaleng, korned kaleng dan apapun yang pake pengawet dan cuman bisa ngisi perut selama dua hari.

Sebelum ke pasar saya bikin menu makan selama seminggu dulu, supaya saya bisa tahu mau beli apa di pasarnya. Saya ini belom cukup kreatif kalau memadu-madankan masakan, jadi untuk menentukan menu makan saya masih bermodal googling resep. Itu jadi masalah lagi karena kadang-kadang bunyi resep itu terdengar gampang, tapi prakteknya susah dibayangkan. Semisal, di resep bilangnya untuk menu X butuh wortel 1 batang. Saya mau nyiapin uang untuk beli wortel, tapi nggak tahu harga wortel berapa. Buka website-nya Dinas Perdagangan, dikasih tau harga wortel itu sekian per kilo. Lha satu kilo itu dapet berapa batang wortel??


Masalah lain terjadi ketika resep bilang butuh dua batang wortel. Maka saya tiru resep itu mentah-mentah dan masakan pun jadilah. Tiba di meja makan, my hunk cuman berkomentar, "Wortelnya kebanyakan.." Iya sih, saya pikir makanan itu jadi lebih dominan warna oranyenya ketimbang warna cokelatnya, jadi rada kurang cakep kalau difoto. Mungkin yang dimaksud si resep itu milih wortelnya yang batang kecil-kecil aja kali ya, jangan yang segede-gede badak.

Pernah suatu ketika saya beli ayam satu ekor di tukang sayur. Di dapur, saya langsung nyesel coz saya nggak tahu caranya motong ayam. Yang dada itu motong di sendi sebelah mana, yang paha itu motong sebelah mana (saya taunya anatomi tubuh manusia, bukan anatomi tubuh ayam..). Karena saya motongnya cuman sesuai feeling anatomi manusia, jadinya potongan sayapnya kekecilan, dan dadanya gede banget kayak punya Marilyn Monroe.

Saya pergi ke pasar dan minta ayam fillet. Bilang ke tukang daging kalau saya mau ayam fillet empat ons. Soalnya setelah membuat menu makanan dari kulakan resep internet dan menjumlahkan bahan baku, ternyata didapatkan bahwa berat ayam fillet yang saya perlukan untuk menu selama seminggu adalah empat ons (beginilah jadinya kalau yang bikin menu terlalu pinter statistik). Si tukang daging iya-iya aja kasih saya daging ayam sesuai pesanan. Tiba di rumah saya potong-potong dagingnya sesuai bayangan mau masak gimana. Lalu saya itung hasil akhirnya dan merepet. Alamak. Empat ons fillet ini sih banyak banget, bisa sampek 10 hari, bukan seminggu.

Saya yakin yang gagap dapur kayak saya ini nggak cuman saya, pasti banyak. Gadis-gadis yang kelamaan sekolah, kelamaan ngejar karier, tapi nggak bisa masak. Bisa masak itu definisinya luas, bukan cuman nyalain kompor dan memastikan makanan nggak gosong. Tapi juga harus bisa ngitung bahan, belanja bahan, menjaga stok sayur di kulkas itu nggak busuk, membebaskan meja dapur dari serangan kecoa dan lain-lain. Semua ujung-ujungnya sama, supaya duit yang disedot untuk keperluan dapur, bisa diputer ke urusan lain, misalnya beli apartemen di Karimun Jawa, bayar si kecil les main harpa, atau minimal jalan-jalan ke Kilimanjaro.

Kepingin bikin Panduan Pergi ke Pasar for Dummies, kira-kira ada yang mau beli nggak ya? Saya takut bukunya belom beli, tapi udah keburu diketawain sama editornya..

Foto dijepret oleh my hunk..