Perempuan jalan-jalan ke Lombok nampaknya wajib deh cari mutiara. Mutiara memang salah satu cindera mata khas Lombok, dan Lombok adalah salah satu pusat terkemuka penghasil mutiara di Indonesia. Tahu nggak, Indonesia memasok 26% mutiara dari perairan Laut Selatan dunia lho. Saingan Indonesia dalam memproduksi mutiara di kawasan Laut Selatan ini adalah Filipina, tapi itu belum apa-apa coz rival berat kita dalam urusan mutu mutiara adalah Oz. Yupz, negara Kangguru itu memang masih lebih unggul menghasilkan mutiara, dan ironisnya, denger-denger sih, budidaya mutiara di Indonesia kebanyakan masih didominasi kepemilikannya oleh negara tetangga kita itu.
Saya nggak mau kehilangan kesempatan buat nyari mutiara ini pas jalan-jalan ke Lombok dua bulan lalu. Berbekal petunjuk dari Deppy Simorangkir, saya pergi ke kawasan Sekarbela di Mataram buat nyari pasar mutiara. Anda para penggemar perhiasan mestinya nggak lupa buat mampir sini deh, coz Sekarbela adalah jalan kecil yang kiri-kanannya bertebaran toko-toko yang ngejual mutiara.
Sebenarnya Sekarbela bukan satu-satunya tempat yang jualan mutiara di Mataram, coz masih ada tempat lain yang jual mutiara lengkap dengan sertifikatnya yaitu di kawasan Selaparang. Tapi kebetulan di Selaparang harganya jauh lebih mahal, mungkin lantaran mutu kemasannya juga lebih bagus. Saya cerita soal Sekarbela aja, coz tempat ini lebih beken di kalangan turis.
Ada banyak macemnya mutiara, tapi bolehlah di sini saya tarik garis besarnya bahwa mutiara itu terdiri atas mutiara air tawar dan mutiara air laut. Mutiara air tawar dijual murah-meriah, sementara mutiara air laut dibanderol dengan harga yang lebih mahal.
Kenapa mutiara air laut lebih mahal? Coz memang mutiara air laut ukuran butirannya gede dan isinya memang berat. Di Sekarbela, penjualnya membanderol mutiara air laut dengan harga antara Rp 200-250 ribuan/gram. Adapun mutiara air tawar, biarpun volumenya segede mutiara air laut tapi massanya nggak sebanyak itu.
Mutiara nggak cuman warna putih doang lho, tapi ada juga yang warnanya seperti emas, oranye, pink, bahkan biru. Saya sendiri paling seneng warna mutiara item, soalnya tampangnya eksotis ;-). Dan semakin item warnanya, semakin mahal..
Ada juga orang nyaranin buat mbedain mutiara air laut dengan mutiara air tawar, yaitu dengan cara dibakar. Mutiara air laut biasanya tahan bakar, sedangkan mutiara air tawar nggak tahan bakar biarpun nggak meleleh. Bisa juga pakai trik menggigit mutiara dengan gigi. Mutiara air tawar bisa tergores oleh gigi, sementara mutiara air laut nggak akan kena gores. (Tapi saya mbatin dalam hati, memangnya siapa sih yang mau gigit-gigit mutiara?)
Mutiara nggak dijual mentah-mentah di Sekarbela, tapi wujudnya dengan dipasangin ke liontin kalung atau cincin emas. Calon pembelinya menentukan cincin/rantai kalung mana yang mau dipasangin mutiara, lalu penjualnya akan ngitungin harga emasnya per massa, kemudian ditambahkan dengan harga mutiara yang bersangkutan. Jangan lupa ditawar ya..
Persoalan dalam milih mutiara ketika belanja:
1. Banyak mutiara dijual dalam keadaan nggak mulus. Ada yang udah retak, dan cacat itu sendiri memengaruhi kualitas mutiara. Meskipun penjualnya sendiri berkilah bahwa retak itu memang aselinya dari kerangnya.
2. Saya kepinginnya mutiara item, nyatanya susah banget nyari mutiara yang warnanya sungguh-sungguh item. Kebanyakan mutiara yang diklaim item nyatanya berwarna item keabu-abuan, bukan item ngemplak kayak urang-aring gitu.
3. Mesti cari penjual mutiara yang beneran kerjanya apik, bukan asal-asalan. Pada teknisnya di lapangan (ceilee..ini kan ngomongin toko perhiasan, bukan lapangan), kita beli mutiara terus ditanem ke perhiasan yang kita inginkan. Berarti di sini ada faktor pelobangan pada mutiara sehingga mutiara itu jadi luka. Seninya adalah berusaha supaya lobang yang dihasilkan nggak terlalu gede sehingga malah bikin bopeng mutiara itu sendiri.