Wednesday, June 15, 2011

Trik Curang Ujian

Terlalu banyak nonton film maling cerdas bikin saya ngerti pelajaran moralnya: Kalau kamu kepingin nangkep maling, berpikirlah a la maling.
Jadi, kalau kamu kepingin nangkep murid yang curang waktu ujian, berpikirlah a la murid yang kepingin curang.

Berbagai macam cara dilakukan buat nyontek.
Gambar: http://cuppasunshine177.blogspot.com
Kolega saya cerita, jaman dia masih kuliah S1 dulu, mereka bahu-membahu nyuri soal. Kebetulan sistem ujiannya ya sama aja dengan ujian mahasiswa pada umumnya: ada ujian tengah semester (UTS), ada ujian akhir semester (UAS). Bahkan ada ujian perbaikan. Biasanya, materi untuk soal UAS itu, sebagian diambil dari soal UTS. Malah, materi untuk soal ujian perbaikan biasanya ngambil dari soal UTS dan soal UAS. Jadi kuncinya, kalau mau sukses di UAS atau ujian perbaikan, ambillah soal UTS. Persoalannya, gimana caranya ngambil soal UTS, lha saban kali habis ujian, soal nggak boleh dibawa pulang?
Jadi kolega saya dan teman-temannya bikin strategi. Anggaplah berkas soal UTS itu terdiri atas 100 soal dalam 10 halaman. Nah, terbentuklah sindikat yang terdiri atas 10 orang mahasiswa yang ikut ujian. Pada waktu ujian dilaksanakan dan soal sedang di tangan mahasiswa, mahasiswa pertama bertugas nyobek soal halaman 1, mahasiswa kedua kebagian nyobek soal halaman 2, mahasiswa ketiga nyobek soal halaman 3, dan seterusnya. Masing-masing pelaku sudah bawa stapler buat menjepret berkas soal supaya tetap rapi seperti semula, tapi mereka umpetin halaman sobekan masing-masing, dan hasil sobekan itu mereka kumpulkan diam-diam sesudah ujian. Hasil sobekan dikoleksi, lalu difotokopi dan dibagikan satu per satu ke teman-temannya seangkatan. Jadi mereka bisa kembali mempelajari soal itu untuk UAS nanti.

Akankah ketahuan? Bisa ya, bisa enggak. Biasanya kelakuan tim pengawas itu selalu sama. Sesudah menit terakhir ujian, soal dan jawaban kan dikumpulkan di meja pengawas. "Kesalahan" pengawas adalah, mereka minta soal ditumpuk di tumpukan soal, jawaban ditumpuk di tumpukan jawaban. Coba kalau yang ujian ada 100 orang aja, mana pernah mereka meriksa bahwa ke-100 berkas soal itu dikumpulkan masing-masing dalam keadaan lengkap?

Tentu saja sekarang kampus makin pinter. Setiap mahasiswa disuruh menuliskan nama mereka pada berkas soal, jadi ketahuan nanti siapa yang berkas soalnya kekurangan halaman.
Mahasiswa nggak mau kalah. Mereka sudah sepakat nyatet soalnya sendiri-sendiri. Misalnya, mahasiswa nomer absen 1 nyatet soal nomer 1, yang nomer absen 2 nyatet soal nomer 2, dan seterusnya sampek nomer absen 100 nyatet soal nomer 100. Sepulang dari ujian, mereka ngumpulin catetan masing-masing. Jadilah 100 soal dalam berkas yang sama.

Kadang-kadang ada aja yang nggak mau repot nyatet soal. Diam-diam waktu ujian, dia ngeluarin HP, lalu dia potretlah itu soal.
Sudah nggak manjur pengawas nyuruh mahasiswa ngumpulin masing-masing HP-nya di meja pengawas. Kadang-kadang mahasiswa punya HP dua biji, jadi yang dia kumpulin cuman satu, dan satu lagi dia umpetin di saku bajunya. HP yang dikumpulin di pengawasnya itu jenis HP murahan, yang udah rusak, yang udah jatuh dari puncak Gunung Bromo berkali-kali, dan dijual di pasar gelap pun nggak laku-laku, jadi kalau pun hilang sewaktu dikumpulin di meja pengawas pun nggak pa-pa.
Tinggallah pengawas nampak seperti tukang tadah HP bekas..

Ngapain sih saya nulis ginian? Bukannya malah ditiru sama adek-adek yang masih sekolah buat jadi modus nyontek?

Ny Siami, ibunda dari murid SD yang disuruh gurunya memberi
contekan kepada teman-teman sekelasnya pada ujian nasional.
Sumber: http://okezone.com
Saya nulis ini, karena buat menuhin tantangannya Bair, yang tadi siang di Twitter minta saya nulis tentang #IndonesiaJujur. Saya simpati sama Bu Siami (baca kasusnya di sini), yang terpaksa diusir oleh para tetangganya di Gadel, Surabaya lantaran melaporkan guru anaknya ke Dinas Pendidikan Nasional. Pasalnya, si guru itu nyuruh anaknya Bu Siami buat ngasih jawaban ujian ke teman-teman sekelasnya supaya murid-murid sekolah itu lulus ujian..

Saya jijay setengah mati sama guru itu. Mbok ya ide nyontek itu paling pol ya dateng dari muridnya, jangan dateng dari instruksi gurunya. Guru kok nyuruh muridnya nyontek sih? Nih guru kurang gizi ya sampek-sampek mental pendidiknya berubah jadi mental tukang nyolong?

Saat saya menulis ini, anggota yang bergabung di grup Facebook Dukungan untuk Ny Siami sudah mencapai 1490 orang. Guru yang menyuruh putra Bu Siami untuk kasih contekan kepada teman-teman sekelasnya, sudah dicopot dari sekolah itu. Besok, Kamis, 16 Juni, Bu Siami akan menghadap aula Mahkamah Konstitusi untuk berbicara mengenai kasus yang menimpa putranya yang malang itu.

Saya nulis trik nyuri soal ini, supaya para sekolah lebih waspada. Anak semakin pintar diajar, nggak cuman pinter hard skill, tapi juga pinter soft skill. Kalau diarahkan, dia bisa jadi orang berguna buat bangsa. Tapi kalau nggak diarahkan, dia bisa jadi maling. Makanya sekolah sebagai lembaga pendidikan harus bisa menjaga mental murid supaya tetap jujur. Jadi sekolah harus bisa mengantisipasi upaya kecurangan dalam bentuk apapun. Termasuk sekolah harus tahu modus-modus apa aja yang dipakai muridnya buat main curang waktu ujian!

Saya sih udah berkali-kali nulis trik nyontek yang saya lakukan jaman saya sekolah dulu, sepanjang blog Georgetterox ini hidup. Yang rajin baca blog saya pasti sudah eneg baca tulisan saya tentang nyontek. Tinggal jemaah sekarang bagi-bagi tips nyontek waktu ujian, supaya para guru yang mestinya melek teknologi ini bisa dibantu mengantisipasi. Supaya anak-anak Indonesia bisa jadi anak yang jujur. Supaya bangsa Indonesia jadi orang yang jujur. Dan kita bisa jadi manusia yang mentalnya bermutu, bukan cuman mental maling a la koruptor..