Sunday, April 5, 2009

Facebook Diblokir?


Ceritanya, Facebook ini nyandu kayak ganja.

Anda berapa kali sehari buka Facebook? Dua kali? Empat kali? Tujuh kali? Itu lebih parah daripada dosis obat yang gw kasih ke pasien gw.

Teman gw ngomel lega.
*Kok bisa ngomel lega?*
(Maksudnya ngomel panjang lebar. Panjang x lebar = luas. Luas = lega.)
Perusahaan tempatnya kerja memberlakukan aturan baru. Semua karyawan nggak boleh buka Facebook selama jam kantor. Dan semua kompie udah disetel sama staf TI-nya supaya nggak bisa buka Facebook.

Gw ngakak keras dengernya.

*Jahat lu, Vic. Orang lagi kesulitan kok diketawain. Inget lu pada minggu-minggu awal di Pulang Pisau sini kita merana coz nggak bisa buka Friendster?*

Beuh, gw nggak ngetawain pegawai yang nggak bisa buka Facebook. Gw justru ngetawain staf TI-nya, kenapa udah sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya malah disuruh jadi tentara buat ngeksekusi instruksi kosong.

Kenapa coba, perintah memblokir Facebook gw sebut instruksi kosong? Coz itu nggak akan menghalangi pegawai buka Facebook. Emangnya Facebook cuma dibuka dari kompie? Buka Facebook bisa dari HP, dodol..!

Gw tanya ke temen gw itu. Kenapa bossnya nggak mau pegawainya buka Facebook di kantor lagi? Padahal kantornya itu penerbitan majalah. Wah, kok media massa malah menghambat komunikasi sih?

Ternyata, Facebook dianggap menurunkan produktivitas pegawai. Bayangin, di sela-sela jam kantor, pegawai malah sibuk buka Facebook.

Gw tanyain, emang dia sendiri buka Facebook buat apa? Eeh..dia malah bales nanya, buat apa gw buka Facebook. Orang punya Facebook kan buat cari temen sebanyak-banyaknya, ya toh?

Dari sejak jaman Friendster booming, gw masih aja nggak ngerti konsep teman sebanyak-banyaknya ini. Emang mesti punya temen berapa ratus sih? Terus, kalo temennya udah seribu, kita dapet hadiah piring cantik?

*Dasar bloon. Emangnya kupon belanjaan?*

Ya pantesan kalo gitu Facebook diblokir di perkantoran. Soalnya aktivitas orang di Facebook gitu-gitu doang: Add, approve, wall-to-wall, pasang status, komentarin status orang. Gituu aja terus. Lha apa bedanya sama Friendster dong? Cuman beda developer doang.

Kenapa nggak dipake buat tujuan produktif? Misalnya, laporan kantor dikirim via Facebook. Jadwal pertemuan diumumin di Event. Kalo temen ada 100, berarti ada 100 orang buat dikirimin iklan produk kita yang terbaru. Gw pernah baca di Malang ada orang berhasil ngejual kambing gara-gara pasang foto kambingnya di Facebook. Gw curiga itu temen-temennya nge-add dia bukan karena mau temenan sama dia, tapi karena mau temenan sama kambingnya.

Dan, gw yakin, pemblokiran Facebook nggak akan berdampak banyak terhadap perbaikan kinerja perkantoran. Kompie nggak bisa dibuka buat Facebook, HP pun jadi. Masa' pegawai mau dilarang bawa HP?

Ngomong-ngomong, gw tetap kesiyan sama para perusahaan yang melarang pegawainya buka Facebook. Pasti para bossnya itu nggak punya Facebook, jadi ngga tau betapa asiknya Facebook-an.

Maka gw usul ke pegawainya itu. Bikin aja account bo'ongan atas nama bossnya di Facebook, terus undang ke pegawai-pegawai di kantor. Pasang foto yang konyol-konyol, terus isi status profilnya pake yang enggak-enggak juga. Dijamin boss yang punya identitasnya marah-marah, dan sebagai akibatnya dia terpaksa bikin account juga yang asli. Nah, boss baru tau kan, Facebook-an itu enak??

Gw nggak peduli kalo Facebook nggak boleh dibuka di kantor. Tapi gw bakalan demo kalo pegawai nggak boleh ngeblog. Kepada teman-teman yang sekarang dilarang buka Facebook di kantor, gw turut berduka cita. Sudahlah, daripada meratapi Facebook yang diblokir, main ke blog gw aja. Dijamin akses terbuka lebar. Yuuk..!