Ada yang menarik waktu saya pergi ke sebuah toko kosmetik keluaran Inggris beberapa minggu yang lalu bareng adek saya. Ceritanya saya beli body lotion, sementara adek saya beli minyak wangi. Variannya banyak banget di tempat itu, ada yang wangi rasa buah, ada yang wangi rasa kembang. Saya dengan cepat nemu wangi peach, lalu saya bawa ke kasir. Sementara adek saya susah nemu pilihan. Abis semuanya wangi sih.
Sang petugas kasir membungkus body lotion saya dalam sebuah kantong kertas kecil, lalu menjepretnya. Dan transaksi pun selesai.
Beberapa saat adek saya pun datang dan siap bayar minyak wangi yang dos-q beli. Saya membuka jepretan kantong belanjaan saya, memastikan sang kasir sudah masukin belanjaan saya dengan benar dan nggak ketuker sama orang lain. Sang kasir ngeliatin kita berdua, menyadari bahwa kita berdua adalah kakak-adek, dan menawari, “Mau barang ini (yang dibeli adek saya – Red) dimasukin ke situ, Mbak?”
Saya mikir sebentar. Mm..saya takut kantong kertas itu jebol sih. Tapi nampaknya minyaknya adek saya ringan-ringan aja. “Ya deh, boleh. Demi para orang utan.”
Sang petugas kasir pun ketawa. Akhirnya dia membuka kantong belanjaan saya yang isi lotion tadi, lalu masukin minyak adek saya ke dalamnya. Padahal kan beda transaksi mestinya beda kantong belanjaan ya?
Di toko itu, digelar poster segede gaban bergambar orang utan. Saat ini toko tersebut mengklaim bahwa untuk penjualan kosmetik dari cabang-cabangnya di seluruh dunia, prosesnya dibikin seefisien mungkin untuk membantu pelestarian orang utan di Cali. Beberapa cara yang mereka lakukan untuk itu, antara lain bikin supaya tiap botol plastik yang mereka pakai untuk mengemas kosmetik itu, dibikin sebanyak 30%-nya dari plastik yang bisa didaur ulang. Cara lainnya adalah dengan membiasakan belanjaan produk mereka yang dibawa pulang oleh konsumen dibungkus dalam tas dari kertas daur ulang.
Saya pikir, lucu juga kalau setiap toko menggunakan cara ini. jika kita bisa meminimalisir tiap kantong plastik yang dipakai buat belanja dan menggantikannya dengan barang-barang yang bisa didaur ulang, bumi nggak akan kecapekan karena mesti menanggung beban sampah plastik yang dihasilkan penduduk dunia setiap tahunnya. Cara sederhana yang bisa kita lakukan, antara lain membungkus tiap belanjaan kita pakai tas kain yang syukur-syukur kita bawa sendiri dari rumah.
Beberapa hari lalu, seperti biasa saya pergi belanja ke supermarket buat beli barang kebutuhan sehari-hari. Saya bawa tas kain hasil menangin kuis dari Didut ini, hehehe. Lumayan lho, si petugas kasir supermarketnya nggak jadi mbungkusin belanjaan saya pakai kantong plastik. Lagian tampang tasnya juga cukup modis dan serasi dengan kostum saya, hihihi.
Kita mengurangi sampah plastik, sebetulnya bukan sekedar karena kita sayang sama orang utan. Tetapi, semakin banyak sampah plastik dibakar setiap tahunnya, maka semakin sulit tanah harus megap-megap mengandung polimer-polimer bekas plastik, sehubungan polimer plastik itu paling susah diuraikan menjadi zat hara. Kalau tanah penuh dengan zat-zat anorganik, maka tanah akan susah ditanemin pohon. Padahal pohon perlu untuk ventilasi udara yang dihirup sehari-hari, tidak saja oleh para orang utan yang hidup di kawasan hutan, tetapi juga oleh manusia, kaum kita sendiri.
Kalau Anda mau sekedar berbaik hati, gimana kalau Anda beli barang apa aja di toko manapun, sedapat mungkin bawa tas sendiri buat mbungkusinnya. Entah itu dimasukin ke dalam tas kanvas Anda, atau ditenteng masukin ke dalam saku celana. Kalaupun Anda nggak biasa bawa tas, bilang sama mas-mas kasirnya supaya nggak usah repot-repot misahin mana kantong plastik buat sampo, dan mana kantong plastik buat makanan kaleng. Satu-satunya kondisi di mana kita mesti misahin belanjaan adalah saat kita belanja daging cincang dan sabun mandi sekaligus. Oh ya, juga saat kita beli oli dan sekaligus minyak goreng.. :-D