Suami-suami sering protes dengan anggaran yang dialokasikan para istri mereka buat beli bra. Gambaran contohnya aja, sepotong bra bermerk beken yang digantung di department store aja bisa dibanderol sedikitnya Rp 100.000,-, bandingin dengan bra yang diobral di Passer Baroe dengan harga cukup Rp 20.000,- udah dapet tiga potong. Logika mereka, "Bra nggak usah mahal-mahal deh. Kan yang liat cuman saya aja, emangnya mau dipamerin ke mana sih?" atau yang lebih parah lagi, "Menurut saya, istri saya nggak butuh bra. Soalnya dia tidak pakai apa-apa lebih baik." Nah, suami-suami yang begini ini pantas dikasih penataran bahwa sebetulnya bra itu penting, bagi MEREKA.
Pagi ini gw baca blog seorang pelajar sekolahan yang ceritain bagaimana salah seorang temennya lupa pake CD dan baru inget setelah nyampe di sekolah. Ini mungkin lucu, tapi menurut gw anak sekolah yang satu ini pantas dikasihani. Ya ampun Dek, apa kau tidak sadar tindakan sembrono ini bisa bikin kau kena herpes?
Jadi inget jaman gw masih pake putih-biru dulu, waktu itu asset anak perempuan seumur gw kan belum cukup buat pake bra, jadi kami harus pake miniset dan camisole. Tapi ada satu temen gw yang suka "lupa" pake miniset, jadi di dadanya suka timbul "bukit-bukit runcing kembar yang mencurigakan". Nah, kalo jaman dulu tuh kami para ABG perempuan yang suka nyinyir akan menatapnya sinis seperti pelacur. Tapi ada juga sih temen-temen lain yang ngeliatnya dengan tatapan iri sekaligus kagum akan "keberanian"-nya nggak pake pakaian dalam.
Kenapa bra itu penting? Karena bra punya tugas mulia menopang payudara supaya kencang. Payudara harus kencang supaya enak diliat. Ada alasan bagus kenapa nenek-nenek tampak reyot dan jelek, itu karena payudaranya udah loyo, isinya cuman gelambiran melulu tanpa otot. Pemakaian bra ditujukan supaya otot-ototnya tetap terbentuk dengan bagus. Dan karena pembentukan otot payudara dimulai sejak umur ABG, maka baiknya perempuan make bra sejak ABG pula.
Sialnya, perempuan suka males piara assetnya yang penting ini. Gadis-gadis suka males pake bra lantaran merasa kepanasan. Kalo ini jadi kebiasaan, makin gede akan makin parah akibatnya terhadap payudara, sehingga arah payudara akan jadi nyengsol ke sana-sini nggak karuan.
Ini diperparah setelah mereka beranak. Kewajiban menetek bikin mereka bolak-balik mencopot bra, dan bayi mereka narik-narik payudara mereka minta minum. Terlalu sibuk bikin ibu jadi nggak sempat push-up, akibatnya otot-otot payudara mereka pun melembek. Inilah yang bikin para ibu suka mengeluh, "Aku nggak sexy lagi seperti dulu.."
Gaya hidup yang sibuk bikin mereka nggak sempat cuci baju sendiri, termasuk cuci bra pun akhirnya mereka percayakan kepada mesin. Mesin cuci bertanggungjawab penuh terhadap kerusakan kawat bra, sehingga bra jadi nggak jelas lagi bentuknya. Bagaimana bisa bra yang rusak akan menopang payudara dengan benar?
Maka, bra yang bagus memang mahal. Bagus-enggaknya bra bukan ditentukan dari apakah bra itu rendanya banyak atau enggak, motifnya leopard atau polkadot; tapi ditentukan dari kawatnya bra yang nggak boleh kendor. Dan memang, bra-bra mahal itu biasanya memang awet dan nggak gampang rusak kalo dicuci.
Jelas, penting bagi perempuan buat pake bra demi keindahan asset mereka. Tapi tidak setiap saat lho, coz pada saat tidur, bra sebaiknya dicopot. Bukan, bukan demi kesejahteraan suami! Tapi coz waktu tidur, otot-otot payudara perlu dilemaskan, dan pemakaian bra hanya akan mengusik relaksasi payudara.
Suami-suami, mari budayakan pemakaian bra yang baik dan benar. Demi kesejahteraan istri Anda. Dan pada akhirnya, demi kesejahteraan Anda juga!