Tuesday, February 10, 2009

Siapa Namamu?


Belum apa-apa, ide gw buat memiliki Laurentina.Com udah dicemooh teman. "Kayak artis aja lu!" tukas Astu, 26, kolega gw yang sekarang praktek di Jakarta sambil bisnis gas. "Emangnya tuh website bakalan laku?"

Gw tersinggung. *Emangnya mimpi doang nggak boleh? Lha Barack Obama aja punya www.barackobama.com, masa' gw nggak boleh punya Laurentina.Com?*

Tapi hari ini gw baca blog dan dari situ gw menemukan fakta yang mengejutkan: ternyata pemimpin negeri kita juga nggak punya website dengan namanya sendiri sebagai nama domain. Gw googling dan nemu bahwa sang pemimpin ternyata punya website pribadi, tapi itu masih ada embel-embel kata "presiden" juga di nama domainnya.

Pertanyaannya sekarang, kalo lima tahun lagi sang pemilik website itu ngga jadi presiden lagi, akankah website itu jadi kadaluwarsa lantaran nama domainnya yang bertajuk "presiden" itu udah nggak relevan? Jika website itu udah nggak ada lagi, lantas mana dong website buat nampilin sisi pribadi orang bersangkutan yang udah nggak lagi jadi presiden?

Jadi inget kata mantan gw waktu kami kencan di kedai donat. Pada gw, mantan gw cerita, "Aku pernah ketemu Mulya pas aku lagi jalan-jalan sama temenku."
Mulya, adalah temen kami waktu kami masih kecil dulu.

Mantan gw nyapa temen lama kami itu, lalu ngenalin dia ke kolega-koleganya yang lagi jalan ama mantan gw hari itu. Menurut mantan gw, Mulya nyodorin tangannya ke para calon insinyur itu sambil ngomong, "Saya Dokter Mulya..saya Dokter Mulya.." seolah-olah dia lahir dengan nama selengkap itu.

Gurau mantan gw, apa jadinya kalo dia perkenalin dirinya sendiri, "Kenalin, Antonio Cruise Brad Pitt, Sarjana Teknik xxx.." *Hah! Kepanjangan!*

Gw, sebagai sesama dokter, belain kolega gw. "Sekolah dokternya susah, Brad. Makanya kalo gelarnya nggak disebutin, ya rugi."
Tapi gw sendiri ngga pernah kenalan sama insinyur yang lagi jalan-jalan di mal dan bilang dengan lengkap, "Nama saya Dokter Vicky Laurentina.." No, no, no! Malu-maluin aja!

Gelar lain yang cukup bermasalah adalah gelar Haji. Gw pernah angkat telepon di rumah, ternyata yang nelfon itu teman bokap gw waktu ke Mekah dulu. Katanya, "Bisa bicara dengan Bapak? Ini dari Haji Maman Suryaman.."
Gw nyaris ketawa. Ingin rasanya gw jawab, "Maaf, Bapak sedang memimpin Kebaktian. Ada pesan yang bisa saya sampaikan, Haji Maman Suryaman?" tapi lelucon nggak lucu itu gw tahan. Gw sebel denger orang pamer-pamerin gelar hajinya. Sesama alumni Mekah nggak usah pamer lah! Biasa aja, 'napa?

Dan kaum berikut yang punya masalah gelar adalah para istri. Bertahun-tahun lalu gw cuman tau bahwa nyokap gw suka arisan sama para wanita sebangsa Bu Sihombing, Bu Dadan, Bu Kasur. Tapi gw ngga tau nama asli ibu-ibu itu. Sampai suatu hari nyokap gw pulang arisan dan berkata dengan bangga bahwa nyokap gw akhirnya berhasil tau nama aslinya Bu Dadan. Namanya ternyata, sebut aja kira-kira, Juminten.

Gw ketawa keras. Oke, memang nggak sopan ngetawain nama orang. Tapi gw ngetawain usaha keras para emak ini mempopulerkan identitas mereka dengan nama yang masih nebeng para suami mereka dan nggak pernah kasih tau nama aslinya. Coba kalo dari dulu gw kenal sama teman nyokap gw itu sebagai Tante Juminten, bukan sebagai Bu Dadan, gw nggak akan ketawa sekeras ini. Tapi nyokap gw mewanti-wanti gw supaya gw tetap manggil dengan nama Tante Dadan, bukan Tante Juminten. Aneh!

Bertahun-tahun kemudian, gw nemu anaknya Pak Dadan di chatroom. Kami berdua sudah besar sekarang. Waktu gw nanyain kabar orangtuanya, terselip kabar duka. Pak Dadan dan istrinya ternyata telah bercerai.

Gw bertanya-tanya, apakah Tante Juminten sekarang masih dikenal sebagai Bu Dadan. Sungguh menyakitkan kalo orang masih manggil kita dengan nama mantan kita padahal kita sudah nggak bersamanya lagi.

Gelar apapun itu nggak akan abadi. Presiden akan turun tahta kalo periodenya abis. Dokter berhenti praktek kalo matanya rabun dan otaknya mau pikun. Pak haji bisa berkelakuan kayak bejat juga seolah-olah belum pernah naik haji. Dan pernikahan paling bahagia pun bisa kolaps.

Kalo Tuhan cukup baik buat perpanjangin umur gw ampe 90 tahun, gw pengen dikenal tetangga sebagai, "Itu lho Bu Vicky, yang udah tua tapi masih seneng bikin blog dan masak kue brownies.." Bukan begini, "Itu lho Bu Dokter Vicky, yang pelit nggak mau nyuntik antalgin ke pasiennya yang encok..", atau malah gini, "Itu lho Bu Haji, yang saban kali umrah selalu mintanya naik pesawat carteran..", atau yang lebih parah, "Itu lho Bu Pitt, istrinya Pak Brad Pitt.."

Karena kita akan mati hanya dengan nama yang kita bawa sejak lahir. Bukan dengan gelar yang cuman hadiah duniawi. Dan sebaiknya, kita jadi populer cukup hanya dengan nama kita aja.