Thursday, February 12, 2009

Suara Hati Nggak Pernah Bohong


Bagaimana kita bangkitkan cinta dalam hati, kalo naksir aja enggak? Apakah betul cinta timbul sendiri dan tumbuh seiring berjalannya waktu? Gimana cara kerja perjodohan oleh para ortu terhadap anak-anaknya, padahal yang mau dikawinin itu ngga naksir sama sekali?

Teori ini yang dicari-cari Lil', bukan nama benerannya, teman gw. Lil' baru sembuh dari tsunami yang bikin hatinya porak-poranda; pacarnya yang terakhir menghamili perempuan lain, dan pacarnya yang sebelumnya masuk seminari. Gara-gara itu, Lil' pernah mabuk berat, anoreksia, dan berusaha bunuh diri.

Tapi kini jaman depresi udah lewat, dan kini Lil' adalah perempuan yang paling pantas masuk cover Cosmo: Single, sexy, fabulous. Kariernya sukses, dia seksi dan dipuja punya banyak pria, dan hebatnya sampai sekarang dia masih perawan. Tapi Lil' susah jatuh cinta.

Ini yang bikin cemas ortunya, lantaran sampai umur 26 dia belum juga ada indikasi mau kawin. Lil' bukan lesbian, dia senang Tom Cruise seperti perempuan normal, tapi saban kali disodori pria ganteng, Lil' nampak frigid mirip kucing betina baru diangkat rahim.

Dan ada aja alasannya nolak. Kurang ganteng lah, kurang modis lah, kurang tajir lah. Meskipun gw tau alasan sebenarnya, dia masih cinta mantannya yang sekarang murid seminari.

Gw selalu bilang Lil' ngga akan maju kalo mikirin masa lalunya terus. Lalu suatu hari Lil' nemu Budi.

Budi adalah seorang eksekutif berumur 34 tahun, dan masih bujangan. Ortu Budi kuatir pula Budi bakalan jadi bujang lapuk. Ketika mereka tau bahwa teman mereka punya anak perempuan yang masih perawan, mereka kepikiran daulat Lil' jadi calon mantu. Masalahnya, memperkenalkan Budi dan Lil' bukan urusan gampang. Soalnya, Budi ngga tinggal di Indonesia.

Bermacam cara dipake buat ngejodohin Budi dan Lil'. Mulai dari cara standar nyuruh mereka SMS-an, sampai melibatkan Friendster. Sialnya, Budi lagi kerja di negeri yang bolak-balik masuk koran lantaran dilanda perang. Jaringan operator seluler Indonesia ngga sampai ke sana, dan Budi ngga bisa SMS dengan leluasa. Jaringan internet masih susah, jadi e-mail pun ngga lancar.

Akhirnya Budi dapet cuti pulang ke tanah air. Keluarganya manfaatin ini buat pertemukan Budi dengan Lil' untuk pertama kalinya.

Ternyata ortu Lil' seneng banget sama Budi. Dan Lil' bilang ke gw, Budi seperti calon mantu idaman para ustadz: Mapan, beriman, dan rupawan.

Dan keluarga Budi ternyata juga cukup asik buat jadi mertua. Nyokapnya ngga sok ngatur, bokapnya kebapakan, dan kakak-adeknya Budi sama seperti Lil': doyan makan dan senang ketawa ngakak seperti setan.

Tapi meskipun keluarga Budi dan Lil' sepakat kepingin besanan, anehnya Lil' ngga napsuan liat Budi. Budi ngebul, padahal Lil' benci rokok. Budi banyak ngomong, dan sialnya "He just talked about him, him, and him."
Dan ujung-ujungnya, kata Lil', "Dia ngga tertarik nanyain soal gw. Mau jadi apa gw nanti. Dia ngga pengen tau apa yang gw pengen." Padahal Lil' kepingin punya biro hukum sendiri yang khusus ngurusin perkara perempuan.

Dan justru yang paling ganggu, menurut Lil', Budi ngga punya faktor "wow". Buat Lil', Budi terlalu sempurna, ngga kayak mantan-mantannya dulu yang tukang bentak atau playboy kelas berat. "Tak ada inspirasi," keluh Lil'.

Ortu Lil' bilang Lil' kebanyakan syarat. Tak ada manusia yang sempurna. Kalo kita terus-terusan nyari yang sempurna, sampai mati juga ngga bakalan dapet. Dan Lil' akan mati sebagai perawan tua.

Tapi kata Lil', kalo hatinya ngga jatuh kepada Budi, haruskah dia naksir? Sebaliknya, gimana kalo sebenarnya Budi memang jodohnya, tapi Lil' terus-menerus membentengi hatinya sendiri karena takut hatinya hancur lagi seperti dulu? Yang paling repot, gimana kalo suara hati bisa salah? Bilang ngga cocok padahal sebenarnya cocok?

Budi balik keluar negeri nyelesaiin kontrak kerjanya. Lil' melanjutkan hidup. Urusan comblang-comblangan ini akan berlanjut sendiri. Ortu Lil' masih berharap sedikit Budi akan jadi mantu mereka. Lil' malah bersikap a la spekulan Wall Street: Just wait and see.

Dan setelah setahun kemudian, di internet, Lil' nemuin bahwa Budi telah bertunangan dengan perempuan lain.

Lil' ngga tau apakah harus kecewa atau nggak, bahwa percomblangan ini gagal total. "Kalo waktu itu gw nurutin kata ortu gw buat berusaha memiliki Budi, mungkin sekarang gw akan patah hati," katanya. "Tapi gw ngga merasa pernah memiliki dia, jadi gw ngga kehilangan apapun sekarang. Kadang-kadang suara orang tua bisa aja salah."

Saat ini ortu Lil' masih kecewa lantaran gagal besanan.

Gw bilang sama Lil', "Dengan tidak bergerak maju waktu lu ketemu Budi, lu justru telah bertindak bener. Lu ngga nurunin standar lu."

Lil' nyengir. "Apaan? Bahwa dia ngebul dan ngga berminat dengan keinginan gw buat jadi feminis?"

Gw nggeleng. "Bahwa dia ngga punya faktor 'wow'. Itulah yang bikin kita jatuh cinta."

Lil' tersenyum. "Gw cuman dengerin suara hati gw, Vic. Dan gw bersyukur, sampai kapanpun, suara hati ngga akan pernah bohong."