Komputer dibikin untuk mempermudah hidup kita, bukan untuk mempersulit. Tapi satu hal yang nggak gw suka adalah komputer itu dibikin manusia buat ngatur segala sesuatunya secara otomatis, dan saking otomatisnya sampai-sampai implikasi komputer itu nggak manusiawi lagi kalau diaplikasikan ke dalam kehidupan manusia. Oh, gw lupa, komputer itu robot, bukan manusia.
Tadi pagi, pas gw lagi blogwalking, gw baca keluhan seorang blogger. Jadi gini, blogger ini punya kartu kredit, yang mana tagihan kartu ini jatuhnya pas tanggal 6 Maret kemaren. Si blogger ini ngatur sedemikian rupa supaya dia bayar tagihan itu, sedianya tanggal 8 besok.
Apa yang terjadi? Ternyata hari ini bank itu udah menjatuhkan denda ke dos-q sebanyak 6%, coz dianggap dos-q telat mbayar tagihan.
Terang aja sang blogger mencak-mencak. Coba pikir aja, gimana dia mau bayar tagihan itu tanggal 6, lha kemaren itu kan hari Sabtu? Mana ada bank mau melakukan transfer antar bank pada hari libur? (Kebetulan kondisi blogger ini cuman bisa transfer antar rekening buat bayar kartu kredit itu.)
Ribet! Pokoknya intinya gini, anggap aja kesempatan kita cuman bisa menunaikan kewajiban adalah hari Sabtu. Tapi kalau sistem bank itu tidak bisa melayani pembayaran pada hari Sabtu coz itu hari libur, lantas apakah kita mesti didenda jika kita menunaikan pembayaran itu pada hari Senen? Baiklah, bank sebagai penyedia jasa memang berhak libur pada hari Sabtu dan Minggu. Tapi kalau gitu, konsumen boleh libur juga dong dari menunaikan kewajibannya pada hari itu?
Tahu sendiri kita, itu yang ngatur dendanya bukan manusia, tapi yang ngatur itu robot sistem komputernya. Lha memangnya robotnya nggak bisa diatur ya supaya tidak mendenda orang cuman gara-gara robotnya libur hari Sabtu?
Gw baca blog itu jadi cengar-cengir miris coz ingat cerita seorang perawat ke gw beberapa tahun lalu. Keira, sebut aja namanya suster ini, adalah seorang perawat yang kerja di sebuah rumah sakit di Jawa Barat.
Suatu malem, Keira bawa neneknya yang sakit parah ke UGD di rumah sakit itu. Diketahui gawat, maka nenek itu diopnamelah. Ternyata, wanita tua malang itu nampaknya udah sakit terlalu parah, sehingga tidak lama sesudah masuk kamar opname, wanita itu wafat.
Sambil berduka Keira pun ngurus-ngurus biaya yang mesti dibayar atas perawatan neneknya yang singkat banget. Dia kaget, coz ternyata biaya yang mesti dikeluarin atas neneknya yang meninggal itu ternyata mahal sekali.
Coba tebak apa yang bikin mahal? Ternyata yang bikin mahal adalah sewa kamarnya yang dihitung dua hari.
Keira sampai ngomel-ngomel pas curhat sama gw. "Masa' Dok, nenek saya masuk hari Selasa jam 23.00, meninggal hari Rabu jam 1.00 pagi, langsung kena charge mahal. Dua jam rawat inep, dihitung dua hari!"
Kedengarannya kok nggak manusiawi ya? Padahal kan rumah sakit gitu lho..
Salah siapa sih? Sebenarnya kalau ini memang salah sistem komputer yang cuman bekutetan sama angka-angka tanpa melihat faktor manusiawi, kan bisa komputernya disetel supaya hari Sabtu jangan otomatis mendenda, supaya opname cuman dua jam aja jangan diitung dua hari.
Teknologi mestinya membuat hidup kita sebagai manusia menjadi jauh lebih mudah, bukan malah menulari kita buat ikutan sekalian jadi robot.
P.S. Dear my hunk, thanx buat jepretan fotonya ya.. :)