Sunday, March 21, 2010

Memorabilia Mania


Jika Anda perempuan seperti gw, gimana reaksi Anda kalau nemuin sekotak penuh bunga-bunga hiasan warna putih? Simpan atau tinggalkan?

Seperti yang gw tulis dua hari lalu, gw baru kelar bongkar-bongkar gudang di rumah Grandma gw. Baiklah, gw berlebihan. Itu sebetulnya bukan gudang, tapi kamar tidur. Tapi Grandma gw menimbun barang-barang yang nggak kepakai di situ, jadi kamar yang malang itu jauh lebih mirip gudang ketimbang kamar tidur.

Dan gw cukup pusing bersihinnya, coz kebanyakan isinya adalah kantong-kantong kresek dan kain-kain perca. Kata tante gw, udah buang aja sampah-sampah itu coz Grandma nggak pakai lagi. Kita sampai bagi-bagi tugas di acara operasi bersih itu: Gw yang bagian ngelompokin rongsokan, sementara tante gw bagian seksi pemusnahan rongsokan dengan metode bakar-bakaran.

Nah, di bagian bawah lemari, gw nemu sebuah kotak berisi kembang-kembang warna putih. Bahan plastik dan kain. Masih utuh rangkaiannya, belum pecah. Gw nanya ke tante gw, apakah tuh kembang mendingan dibuang, soalnya gw nemunya di dasar lemari yang susah banget dijangkau tangan manusia. Siapa coba yang mau pakai kembang-kembang itu?

"Eeh.." tante gw nyengir pas lihat temuan itu. "Ini bunga waktu dulu aku menikah."
Gw terpana. "Wow. Do you wanna keep it?"
"Noope!" seru tante gw ketawa. "Udah, buang aja!"

Maka gw mencampakkan bunga-bunga kusam nan malang itu ke tempat sampah.

Berikutnya, nyokap gw nemu satu set sprei putih berenda-renda, lengkap dengan sarung bantalnya. "Duh, bagus sekali," keluh nyokap gw, merasa sayang lantaran sprei itu ditaruh di dasar lemari barengan kain-kain perca yang ditumpuk nggak karuan. "Ini pasti sprei waktu Tante menikah dulu."
Lalu nyokap gw nata sprei itu lagi dalam lemari, kali ini dengan tumpukan yang lebih rapi.

Gini lho, Grandma gw punya anak perempuan dua orang, dan kemungkinan besar itu tadi barang-barang bekas asesoris waktu tante-tante gw menikah dulu. Gw nggak tahu persis kapan tante-tante gw itu menikah, tapi gw perkirakan mereka udah menikah 40 tahun lalu. Bodi gw merinding membayangkan Grandma gw masih nyimpen memorabilia pernikahan putri-putrinya sampai 40 tahun!

Nggak cuman memorabilia pernikahan, gw juga nemu koleksi prangko Belanda bekas surat-suratan sama Grandpa, majalah-majalah jadul, sampai kliping tentang sodara keluarga kami yang rupanya namanya dimuat di koran. Sewaktu gw nemu selembar kartu Lebaran dan nunjukin ke nyokap gw, nyokap gw nggak bisa nahan air mata. Kartu itu ditulis tahun '88, oleh almarhum bokapnya nyokap gw di Jakarta, dikirim buat bonyoknya bokap gw di Jember. Kartu itu pertanda bahwa mereka adalah besan-besan yang sangat akur..

Semua barang di atas nggak ada gunanya, tapi layak disimpan lantaran nilai historisnya yang sangat kuat. Nggak mungkin gw campakin ke kebun belakang rumah, di mana tante gw sedang membakar rongsokan yang telah bertahun-tahun menuh-menuhin kamar tidur di rumah Grandma gw.

Mungkin cuman Grandma gw yang tahu, seberapa besar berartinya barang-barang yang buat anak-cucunya lebih mirip rongsokan itu. Sebenarnya nggak problem kalau Grandma senang nyimpen memorabilia, tapi akan jauh lebih baik kalau barang itu ditata. Mungkin Grandma gw nggak cukup kuat buat nata kamar-kamar itu sendirian, tapi dos-q nggak pernah memercayai anak-anaknya sendiri buat nata rumah itu. Gw inget Grandma pernah bilang ke kami waktu mudik ke sana, "Kalian kan tamu. Sudah, duduk aja ngaso-ngaso minum teh dan nggak usahlah bersih-bersih rumah.."

Sewaktu gw bantu ngumpul-ngumpulin rongsokan itu sampai kaki gw pegel-pegel, gw bilang ke tante gw, "Saya nggak akan mau nyimpan-nyimpan barang yang nggak bisa dipakai sampai jadi menuh-menuhin ruangan gini." Kamar itu begitu kepenuhan rongsokan sampai-sampai gw susah jalan di antaranya.
Lalu kata tante gw, "Jangan ngomong gitu. Dulu aku juga sesombong kamu. Tapi sekarang aku mulai ngumpul-ngumpulin barang juga, seperti Ibu. Kita semua, akan menuju seperti itu."

Membayangkan cucu-cucu gw bongkar-bongkar rumah dan nemu koleksi memorabilia New Kids on the Block gw, langsung bikin gw pusing. Mosok Little Laurent nanti nyodorin potongan koran tahun '90-an dan nanya ke gw, "Mbah Putri, kenapa cowok-cowok ini rambut belakangnya ada buntutnya??"

Kita semua akan menua. Akan makin kesulitan merawat koleksi barang kenangan kita. Kalau kita nggak antisipasi, lama-lama cuman jadi sarang debu doang.

Tips nyimpen memorabilia:

1. Tata yang rapi. Jangan ditumpuk-tumpuk barengan rongsokan. Tata di tempat yang gampang keliatan, supaya gampang dikenang.

2. Kasih tahu suami, anak, cucu, apa makna kenangan dari masing-masing barang. Jadi mereka ikut ngerti arti memorabilia dan ikutan merawat.

3. Bikin satu hari khusus dalam setahun buat mengelap barang-barang memorabilia. Selain buat mengenang, juga supaya barang-barang itu nggak sampai rusak atau kotor.