Wednesday, March 24, 2010

Kolaborasi Kacau


Hukum Postulat Laurentina mengatakan: Hanya boleh ada satu koki yang menguasai dapur. Artinya, untuk sebuah keluarga, cuman ada satu orang yang bertanggung jawab mengatur menu untuk keluarga. Dia yang merancang menu makan, dia yang belanja bahan logistik, dia yang masak. Makanya gw nggak pernah percaya ada anak perempuan yang memasak buat keluarganya. Yang betul adalah, dia masak buat membantu nyokapnya. Kecuali kalau nyokapnya kena stroke sampai
nggak bisa mikir, maka saat itulah anak perempuan naik tahta jadi koki.

Paman gw yang beranak dua dan bercucu satu terpaksa
ninggalin keluarganya di Jakarta, demi ngurusin Grandma gw di Kreyongan. Ngurusin ini maksudnya mengambil alih posisi eksekutif sebagai kepala keluarga, lantaran Grandpa sudah ada di kursi
roda sedangkan Grandma sudah pikun. Paman gw yang masak sehari-hari, termasuk
mikirin menu belanja.

Pas gw dan bonyok pulang ke rumah Grandma minggu lalu, paman gw langsung merancang sepanjang liburan itu kita mau makan apa. Sarapan apa, makan siang apa, makan malam apa. Dos-q lebih detail ketimbang nyokap dan tante gw dalam urusan ngatur makanan, karena alasan kuantitas: Kalau semua orang
sudah selesai makan, tidak boleh ada makanan yang tersisa di meja makan. Tadinya gw sama sekali nggak ngerti kenapa nggak boleh ada makanan sisa. Pikir gw, kalau kita nggak bisa ngabisin sop untuk makan malam, sopnya bisa diabisin besoknya pas sarapan, kan?

Nah, ceritanya seperti biasa nyokap gw selalu sibuk mikirin
oleh-oleh kalau pulang ke Kreyongan. Maklumlah, namanya juga kalau ke rumah
mertua kan sebaiknya bawa anter-anteran. Supaya nggak ribet, nyokap gw bawa spaghetti dari Bandung. Bawanya gampang, cukup bawa spaghetti yang udah kemasan produk itu, masukin
tas. Paling-paling kesulitannya adalah bawa topping dagingnya yang mesti
ditaruh dalam tromel khusus.

Jadi waktu makan siang, giliran menu spaghetti dimakan bareng-bareng sekeluarga. Nyokap gw ngeluarin daging spaghettinya sebagian, sementara sebagian lagi disimpen di kompor. Spaghetti bikinan nyokap gw enak lho. *bangga*

Malam itu, gw keluar sama bonyok buat beli tahu campur.
Pulang-pulang kita mau makan di rumah, rencananya mau makan spaghetti sisa makan siang tadi. Nyokap gw kebingungan. Lho, daging spaghetti yang tadi ada di panci di atas kompor mana?

Daging itu raib. Nyokap gw gemas. Padahal semua orang udah siap di meja makan. Di kompor nggak ada. Di lemari nggak ada. Siapa coba yang mau nyolong daging spaghetti?

Usut punya usut, diinterogasilah ke asisten pribadinya tante gw yang tugasnya cuci-cuci piring. “Kowe lihat daging yang di dalam panci di atas kompor ruang makan, ndak?”

Si asisten menjawab dengan polos. “Tadi dimasukin sama Ibu
Sepuh ke panci ijo..”

Tante gw langsung pucat pasi. Grandma gw udah masukin daging spaghetti ke panci soto!

“Baiklah,” kata nyokap dan tante gw mencoba melucu di
hadapan kita sekeluarga. “Malam ini kita akan makan spaghetti dengan rasa soto ayam!”

Gw rasanya mau semaput. Bokap gw ketawa terbahak-bahak.

Penasaran. Akhirnya nyokap gw nanya pelan-pelan ke Grandma gw malam itu. “Mom, apa tadi Mom masukin daging di panci kompor ke dalam panci soto?”

Eh.. jawab Grandma gw cuek, “Enggak,” sambil ngelap-ngelap
piring.

Gw senyum-senyum miris. Hanya ada tiga kemungkinan:
1. Grandma gw bohong. Memang dos-q nyampurin daging spaghetti dengan soto, tapi dos-q nggak mau ngaku. Tapi gw nggak suka kemungkinan yang ini.
2. Grandma gw memang nyampurin daging spaghetti sama soto, tapi dos-q nggak nyadar. Dipikirnya dua bahan dalam panci itu berwarna sama, jadinya dicampurin aja biar nggak banyak-banyak panci. Ini pasti gara-gara lampu ruangan yang kurang terang.
3. Grandma gw memang nyampurin daging spaghetti sama soto tadi sore, dan dos-q lupa bahwa dos-q pernah melakukannya.

"It happened a lot," kata paman gw yang udah berbulan-bulan merawat Grandma gw. Dengan santai dos-q cerita, "Beberapa waktu yang lalu, Mom nyampurin kuah rawon sama semur."

Ya ampun.

Persoalannya, Grandma gw nggak merasa udah pikun. Setiap hari kerjaannya sama. Bangun pagi, beresin dapur, manasin nasi dan lauk. Atau mencampur lauk. Seperti ibu rumah tangga sejati.

Lalu gw baru ngeh kenapa paman gw mewanti-wanti dari awal, jangan pernah ninggalin sisa makanan di dapur. Rupa-rupanya takut insiden kolaborasi kuah rawon + semur terjadi lagi.

Masih mendingan Grandma gw suka main kolaborasi. Kadang-kadang, Grandma gw masukin makanan sisa ke lemari makanan. Terus lemarinya dikunci oleh Grandma, lalu kuncinya diumpetin Grandma sampai Grandma lupa di mana naruh kuncinya dan kita baru mencongkel kuncinya bertahun-tahun kemudian untuk membersihkannya. Dan jangan lupa, Grandma gw melakukan itu semua, TANPA SADAR. Pantesan paman gw mutusin buat mengkudeta posisi penguasa dapur.

Makanya jangan pernah kompromi sama orang tua yang udah pikun dan maksain diri untuk tetap jadi koki. Bisa-bisa nanti kita bakalan sering makan spaghetti rasa daging soto..:-P