Saturday, November 28, 2009

Advokasi untuk Sapi


Kepada yang terhormat Para Pengurus Sapi Kurban,

Saya menulis ini karena rasa prihatin terhadap kesejahteraan para sapi kurban yang stres akhir-akhir ini. Semalam saya baca berita bahwa seekor sapi ngamuk di Sumatera Utara waktu mau disembeleh. Saya tidak tahu kenapa sapi itu ngamuk. Apakah karena sapi itu merasa tidak dapat ruang penyembelehan kelas VIP? Atau juru sembelehnya tidak minta ijin dulu ke sapinya waktu mau nyembeleh lehernya? Atau sebenarnya sapinya nggak ngamuk, cuman kebetulan aja perangainya keras karena itu sapi Batak?

Saya juga mendapat berita semalam, bahwa di suatu tempat, sapi yang dipersembahkan seorang pejabat di sana ternyata sakit. Saya tidak tahu sakit macam apa yang diderita sapi itu. Apakah sapinya sakit pusing-pusing, atau keseleo, atau masuk angin? Kalau manusia gampang saja sakit itu, pergi saja ke Puskesmas, kan Puskesmas itu singkatan dari PUSing, KESeleo, MASuk angin? Persoalannya, Puskesmas buat sapi adanya di mana?

Yang terhormat para pengurus sapi kurban, kita tahu bahwa menyembeleh binatang adalah kewajiban umat Islam untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin. Itu sebabnya Sodara-sodara Pengurus Sapi menjadi orang paling dicari-cari banyak orang melebihi DPO-nya Densus 88, karena kalau tidak ada Sodara-sodara, ke mana mau berkorban sapi? Tapi kita juga menuntut Sodara-sodara berperilaku profesional selaku pengurus sapi, termasuk juga profesional kepada sapi itu sendiri. Kenapa demikian, karena sapi itu kan mau disembeleh untuk orang miskin, jadi harus diberikan sapi yang terbaik. Artinya sapi yang mau dikurbankan harus sapi yang gemuk, bukan sapi yang kurang gizi. Harus sapi yang sehat seperti Mr Universe, bukan sapi yang sakit-sakitan. Harus sapi yang bahagia, bukan sapi yang stres dan tukang ngamuk.

Sodara-sodara Pengurus Sapi Kurban, kalau sampai terjadi sapi ngamuk dan lepas dari ikatan di Sumatera Utara itu, apa bukan tidak mungkin sapinya stres? Jangan-jangan dia sudah dijemur berhari-hari dan dijejalkan ke truk sempit bersama sapi-sapi lain yang tidak dia kenal. Memangnya dipikirnya siapa mereka itu, korban Nazi yang mau dijebloskan ke kamp Auschwitz? Mbok sapi itu disenang-senangkan dulu sebelum disembeleh, Sodara-sodara. Dikasih hiburan naik kendaraan yang ada AC-nya, bukan disuruh naik truk panas-panas. Dikasih tempat duduk yang enak, bukan disuruh berdiri berjejal-jejal. Dikasih makan rumput yang segar-segar, bukan dijemur di pinggir jalan di tempat yang isinya pasir melulu. Sapi juga kepingin sehat sebelum dikurbankan, karena itu sapi harus rajin dibawa ke dokter sapi. Mungkin sapinya harus periksa kolesterol, pasang IUD, atau vaksinasi anti TBC. Kalau sapi sehat badannya, tentu jiwanya juga bahagia. Bukankah dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat?

Karena itu, Sodara-sodara Pengurus Sapi Kurban, saya mohon Sodara-sodara menindak tegas kelakuan kolega-kolega Sodara-sodara itu yang masih suka menyengsarakan para sapi. Janganlah sapi itu dijejalkan semena-mena, disuruh naik-turun truk nggak jelas, dijemur lama-lama dan nggak dikasih makan enak. Kalau sapi kehujanan, ya coba diberi payung. Sapi perlu dihibur, didandanin pake asesoris warna-warni yang cantik, dan diputerin musik lagunya Maliq and d'Essentials. Kalau sudah waktunya disembeleh, ajak sapi ke tempat eksekusi dengan lembut, bukan ditarik-tarik kasar. Lalu tebas lehernya dengan secepat kilat, bukan pelan-pelan seperti Stradivari main biola lagu Silent Night. Jadi sapinya nggak perlu menderita lama-lama. Sebab cara-cara kejam itu tidak sesuai dengan asas perikeadilan dan perikesapian.

Sodara-sodara Pengurus Sapi Kurban, daging sapi ini untuk orang miskin. Jadi harus daging yang berkah. Kalau dagingnya dari binatang stres yang disembeleh dengan cara yang keji, ya itu namanya tidak berkah. Bagaimana kalau nanti di akhirat Sodara-sodara disuruh mempertanggungjawabkan perbuatan kejam Sodara-sodara kepada sapi-sapi itu? Apa Sodara-sodara mau di akhirat nanti dikejar-kejar sapi yang kepalanya menggantung-gantung karena Anda menyembeleh lehernya pelan-pelan?

Saya menulis ini bukan berarti saya membela para sapi. Sapi-sapi tidak pernah kenal saya, mereka tidak pernah nge-follow blog saya, atau nge-add saya di Facebook. Saya juga bukan aktivis klub pecinta sapi, karena saya lebih cinta Brad Pitt ketimbang sapi. Tapi saya menulis ini karena saya peduli kepada kesejahteraan para sapi, karena Tuhan menciptakan sapi untuk dimakan manusia, apalagi sapi kurban. Kalau Nabi saja lembut kepada anjing yang haram buat dimakan, kenapa kita tidak mau bersikap ramah kepada sapi yang memang disuruh buat dimakan?

Sekian surat saya, mohon maaf jika ada kata-kata saya yang tidak pantas. Semoga tidak ada lagi berita sapi yang sakit pada musim kurban tahun depan, baik sapi sakit badan maupun sekedar sapi yang sakit jiwa. Jayalah para pengurus sapi kurban, semoga Tuhan memberikan berkah karena Sodara-sodara merawat sapi dengan baik.

Tertanda,
Vicky Laurentina
Pecinta Steak Daging Sapi