Ada alasan menarik kenapa orang lebih suka kepada Putri Salju ketimbang Ibu Tiri, kenapa orang lebih senang Bill Clinton daripada George Bush, kenapa orang lebih demen sama dalmatian ketimbang herder.
Sebelum nonton filmnya Putri Salju, kita kan liat gambar poster filmnya dulu. Di situ digambarin Putri Salju mukanya sumringah, sedangkan Ibu Tiri mukanya cemberut. Dari liat posternya aja, kita sudah bisa bersimpati kepada Putri Salju bahkan meskipun kita belum liat filmnya. Padahal kalo filmnya jadi kisah nyata, belum tentu juga Putri Salju lebih baik ketimbang Ibu Tiri. Putri Salju mungkin lebih bego, buktinya kok mau-mau aja makan apel yang dikasih orang asing. Putri Salju mungkin nggak becus nerima tamu negara, buktinya Putri Salju nggak diangkat jadi ratu. Putri Salju juga nggak punya cermin ajaib, beda sama Ibu Tiri, mungkin lantaran Ibu Tiri lebih becus nawar cermin di pasar. Pokoknya alasan-alasan yang mungkin akan bisa bikin kita memandang Ibu Tiri lebih baik daripada Putri Salju, tapi alasan itu tidak tersirat coz cara pandang kita kepada dua tokoh itu sudah tergiring duluan waktu kita liat poster filmnya.
Waktu tahun '92 kita baca Bill Clinton diangkat jadi presiden Amrik menggantikan George Bush, spontan kita bersorak coz kita pikir Bill lebih baik ketimbang Bush. Padahal kalo dipikir-pikir, kita kenal dua orang itu juga enggak, kan? Apa Bill pernah ngundang kita makan-makan waktu dia menang pemilihan gubernur Arkansas? Apa Bush pernah ngejelek-jelekin kita dengan bilang idung kita mirip Miss Peggy? Nggak kan? Jadi gimana kita tau bahwa Bill Clinton lebih baik daripada George Bush? Jawabnya sederhana, kita cuman liat foto dua orang itu di koran. Hari-hari itu, koran sering banget masang foto Bill senyum lebar sambil dadah-dadah ke kamera, persis di sebelah foto Bush dengan muka kening berkerut kayak yang lagi mikir melulu. Seolah-olah koran mau bilang, nih Pembaca, mau pilih yang mana, presiden yang nyengir atau presiden yang suntuk? Bisa ditebak akhirnya pembaca alias calon pemilih di Amrik pilih yang mana.
Contoh gw yang ketiga lebih sederhana lagi. Kenapa orang lebih suka piara dalmatian ketimbang herder? Soalnya tampangnya dalmatian yang belang item putih itu lebih lucu, kan. Dia bikin kita lebih seneng ngeliatnya kalo dia nyambut kita pas kita pulang ke rumah. Padahal kalo ada maling mau nyatron, jelas jauh lebih asik piara herder ketimbang dalmatian, kan?
Contoh-contoh gw di atas nunjukin bahwa mindset manusia lebih senang kepada sesuatu yang nampak lucu/tersenyum ketimbang sesuatu yang nampak galak/cemberut. Itu sebabnya penting kalo kita menaruh foto dua orang yang berbeda di suatu tempat, kita mesti perhatikan gimana kesan penonton nanti dalam menilai foto. Akan ada kecenderungan orang menilai secara instan, mana yang paling baik dari dua obyek itu, bahkan meskipun cuman liat dari fotonya dong. Kesan pertama dari foto akan bikin kita melakukan "judgement", yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap kita kepada orang di foto itu, apakah mau simpati atau jadi antipati. Meskipun kita nggak kenal orang-orang di foto itu secara pribadi.
Anda bisa memproyeksikan hal ini pada foto Anda sendiri di situs-situs jejaring sosial. Kalo foto Anda berjejer di sebelah foto orang-orang lain, apakah Anda bisa bikin foto Anda menarik simpati lebih daripada foto orang lain?
Gw nulis ini setelah tadi pagi gw ambil Kompas hari ini di ruang tengah rumah gw, dan gw liat foto ini di halaman depan. Minggu ini kita dapet seleb baru dalam mega sinetron "Cinta Segitiga Si Caddy" (CSSC) setelah dua hari lalu Williardi Wizard bikin pengakuan yang nyudutin beberapa petinggi kepolisian. Nanan Sukarna sebagai corong humasnya kepolisian dan sudah ngetop duluan semenjak mega sinetron "Cicak vs Buaya" pun juga sering masuk koran lantaran tugasnya ngomong yang bagus-bagus tentang institusi itu. Kali ini pernyataan kedua orang ini berseberangan dan membuat sinetron CSSC pun makin rame. Seolah yang satu mau bilang, "Ini tidak benar!" Tapi yang satu lagi bilang, "Itu yang tidak benar!"
(Kok nggak sekalian aja sinetronnya dikasih soundtrack lagunya Deddy Dhukun,
"Bohong..kamu tukang bohong,
Bohong..janjimu palsu!")
Seolah nambah seru aja, Kompas sengaja masang foto kedua orang ini bersebelahan di halaman depan. Pertanyaan gw, dengan melihat foto ini sebagai komentator, Anda belain tokoh yang mana? Foto Williardi atau foto Nanan?