Tuesday, June 1, 2010

Komplikasi Boring yang Akut

Nggak ngerti kenapa sih masyarakat kita ini seneng banget bicara dengan istilah-istilah rumit yang dia sendiri nggak ngerti maksudnya apa. Apakah maksudnya mau dibilang (sok) pinter, padahal resikonya gede banget buat jadi terdengar dungu. Seperti dialog yang kemaren kedengeran ini:

A: Si X itu meninggal akhirnya minggu lalu. Sudah sepuh sih.
B: Oh ya? Sakit apa? Jantung? Stroke?
A: Sakit komplikasi.
B: Sakit apa?
A: SAKIT KOMPLIKASI!

Ada lagi yang lucu.

A: Duuh..sudah lama nggak ketemu teman-teman SMA. Gw lupa nama mereka semua!
B: Ah, masak sih? Padahal kan kita baru lulus SMA 15 tahun lalu..
A: Iya nih, gw menderita pikun akut!
B: Lha.. lu jadi pelupa gini mulai kapan?
A: Yaah..semenjak gw pergi kuliah S2 tiga tahun lalu, gw jadi PELUPA AKUT gitu deh..

Ngg..waduh, gimana ya? Saya mulai melihat gejala salah kaprah ini sudah melebar ke mana-mana. Soalnya kedua istilah di atas kan istilah medis, jadi kalau saya mendengar istilah di atas diucapkan oleh orang-orang yang di luar pekerjaan saya dan kebetulan salah menggunakannya, saya jadi ketawa, hehehe.. Apalagi waktu beberapa hari yang lalu saya baca headline di siaran berita tivi, “Ny Ainun Habibie meninggal karena sakit komplikasi”. Haiyaah..bukankah mestinya wartawan bisa jadi contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar?

Baik, sakit komplikasi itu apa sih? Bingung juga saya, soalnya seumur-umur di kuliah saya pun nggak pernah dengar satu pun sakit komplikasi. Tapi saya bisa memberi contoh sederhana gini. Misalnya seseorang kena serangan jantung, sehingga jantungnya nggak bisa memompa darah dengan memadai. Aliran darah ke bagian-bagian tubuh lainnya jadi lelet, termasuk ke ginjal. Maka ginjal pun jadi mogok bekerja dan ikutan sakit. Lalu, karena darahnya nggak mengalir dengan lancar, tak ada oksigen yang diantar ke paru, akibatnya paru jadi sesak oleh karbondioksida yang nggak dituker dengan oksigen. Nah, oksigen kan nggak ada nih, termasuk buat oksigen yang dianter ke otak, akibatnya otak pun jadi ikutan rusak dan sakit. Seperti yang saya bilang di sini kemaren, kalau otak berhenti bekerja, berarti mati. Jadi orangnya meninggal karena sakit apa? Penyebab matinya adalah sakit jantung, yang DIPERPARAH OLEH KOMPLIKASI ke ginjal, paru, dan otak. Jadi bukan meninggal karena “sakit komplikasi”..

Adakah orang yang pelupa akut? Bisa ya, bisa enggak. Ambil contoh, misalnya orang ketabrak truk sehingga kepalanya berdarah. Ternyata setelah ketabrak itu dia jadi hilang ingatan, alias jadi pelupa. Nah, karena penyebab lupanya itu baru mendadak, maka itu boleh disebut pelupa akut.
Tapi ada lagi orang yang karena proses lama, maka jadinya pelupa. Misalnya, kelamaan nggak ketemu teman-teman SMA sampek bertahun-tahun, jadinya lupa nama teman-temannya. Ini bukan “akut”, coz akut itu artinya terjadi secara mendadak. Kalau lupa nama teman karena lama nggak ketemu, itu BUKAN AKUT namanya, coz proses penyebab lupanya kan bertahun-tahun, jangka waktu yang cukup lama sekali. Mungkin lebih tepat istilahnya “pelupa berat”.

Eh ya, dua minggu lalu pas nonton Indonesia Idol saya denger jurinya ngomong kira-kira gini ke salah satu finalisnya, “Sewaktu kamu nyanyi tadi, mendengar kamu saya jadi BORING.”
Waduh..gimana sih? Boring itu artinya membosankan. Semenjak kapan MelGoes jadi membosankan? :-p

Maksudnya finalisnya yang membosankan, kan? Bukan jurinya?
Mestinya yang bener, “Sewaktu kamu nyanyi tadi, mendengar kamu saya jadi BORED.”
Kok mendadak jadi aneh, hihihi..
Akan jauh lebih aman kalau kita ngomongnya gini aja, “Sewaktu kamu nyanyi tadi, mendengar kamu saya jadi bosen.”
Kecuali, kalau si juri merasa bahwa dirinya kalah menarik ketimbang si finalis, ya bener kalau dia merasa bahwa “mendengar kamu saya jadi merasa diri saya ini membosankan”.

Sudah ah..ngerti kan sekarang di mana menggunakan kata komplikasi, akut, dan boring yang betul? Paling gampang yah, kalau nggak bisa ngomong linggis yang bener, ya nggak usah ngomong linggis. Kalau nggak bisa ngomong istilah yang kita nggak ngerti, ya cobalah ngucapin istilah yang kita ngerti aja. Supaya pembicaraan kita tidak menjadi komplikasi yang boring bin akut..