Sunday, July 4, 2010

Besar Kecil Nggak Ngefek

Setiap kali pertandingan Piala Dunia, pasti Twitter mabok. Apalagi kalau yang main itu kesebelasan dari tim-tim favorit. Paling dongkol saya waktu beberapa hari lalu nonton Belanda vs Brazil. Begitu perpanjangan waktu tiga menit ekstra berakhir, sontak orang-orang kumpeni oranye itu berpelukan, sementara Carlos Dunga marah-marah, Twitter langsung kebanjiran tweet dari seluruh dunia yang tidak bisa menahan emosinya antara sedih campur kegirangan atas tim favoritnya masing-masing. Alhasil saya nggak bisa masuk ke timeline, dan saya baru bisa masuk ke Twitter..sejam kemudian. Membuat saya marah-marah, bukan karena Brazil kalah (saya dukung Brazil karena Brazil lebih miskin ketimbang Belanda), tapi karena menurut saya Twitter mestinya naikin kapasitas server-nya supaya semua orang yang nge-twit bisa masuk. Saya rasa inilah resikonya bergabung dengan jaringan social yang kualitas statusnya lebih tinggi ketimbang Facebook.

Ngomong-ngomong, beberapa hari lalu saya baca komentar seseorang di blogger bernama X. (Kenapa ya, kok saya ini senang banget nyebut seseorang dengan nama X, padahal namanya sama sekali nggak ada huruf X-nya? :-p) Jadi gini, ceritanya blogger ini dulu blogger laris. Tiap kali posting, nggak sampek dua jam, itu jumlah komentarnya sudah belasan. Namun, akhir-akhir ini, tuahnya berkurang. Hari ini saya itung sudah empat hari sejak dia posting terakhir, tapi posting-nya itu belum sampek 10 komentatornya. Seorang komentator nanya kenapa blog itu sekarang nggak serame dulu komentarnya. Lalu sang blogger menjawab, nampaknya karena sekarang sudah menjamur Twitter dan Facebook, orang lebih tertarik baca dan ngomentarin status-status yang pendek-pendek ketimbang baca blog. Apalagi Twitter, yang sekali nulis status nggak boleh lewat dari 140 karakter, malah lebih menarik orang buat me-reply atau me-retweet-nya.

Lalu saya ngitung-ngitung tulisan saya sendiri. Saya piara dua blog, yang satu di sini dan di sana. Saya piara Facebook juga di sini, tapi saya lebih aktif di account Twitter saya. Saya nggak pernah ngitung-ngitung berapa yang komen di status Facebook maupun Twitter saya, tapi yang jelas saya tidak pernah merasa bahwa kehadiran microblog dua biji itu menyunat jumlah komentator yang masuk ke macro-macroblog saya.

Tadi pagi, saya buka Google Analytics buat lihat sebanyak apa yang berkunjung ke blog saya di Blogspot. Ternyata, 53,6% pengunjung berasal dari orang-orang yang mengklik link atas diri saya yang menyebar di banyak tempat. Bisa karena saya pernah ninggalin komentar di blog orang-orang, bisa juga karena orang-orang itu masang link atas blog saya di blogroll mereka. Berikutnya 26,6% pengunjung ternyata mendatangi blog saya dari search engine, dengan kata kunci paling banyak berupa “georgetterox”, “vicky laurentina”, dan “hipster”. (Saya cengar-cengir di sini, berarti nama yang saya karang-karang itu ternyata sudah jadi brand). Dan hanya 19,8% pengunjung sisanya yang mendatangi blog saya karena mereka memang hafal URL http://www.georgetterox.blogspot.com yang alamatnya susah diingat itu.

Dari sini, saya analisa bahwa ternyata kalau kita kepingin banyak orang ngunjungin tulisan kita, ya kita mesti rajin-rajin sebar link di blog orang lain dan bikin supaya orang tuh mau masang link kita di blog dia. Termasuk juga rajin pasang link atas blog kita di situs-situs microblog, coz ternyata orang juga banyak mengklik link atas blog kita di Facebook dan Twitter. Jadi, apakah microblog bikin orang jadi males mengunjungi macroblog? Itu salah besar. Justru microblog sangat mendukung buat kelangsungan hidup macroblog kita.

Jadi, buat para blogger yang lagi kecil hati lantaran merasa lebih diperhatiin orang kalau update status ketimbang ngeblog, nggak usah stres merasa blognya jamuran. Kalau mau kreatif sedikit, kita bisa bikin microblog dan macroblog jalan bergandengan tanpa menyaingi satu sama lain. Coz mau gimana-gimana juga, macroblog dan microblog itu tujuan dari awalnya juga udah beda. Macroblog buat nulis apa yang ada di pikiran secara mendalam, sedangkan microblog itu buat status update. Bahkan microblog dari Twitter dan Facebook itu sendiri juga udah beda tujuan; Twitter buat bagi-bagi informasi dalam waktu sekejap, sedangkan Facebook lebih dikonsentrasikan buat cari-cari teman. Status update dari Facebook bahkan tidak se-real time Twitter. Info yang diperoleh dari Twitter bahkan sekarang jauh lebih cepat ketimbang info di Facebook, mungkin karena media pers juga lebih seneng upload beritanya duluan di Twitter ketimbang di Facebook.

Thanx buat Violina, Fenty, Inge, Yanti, Mas Fahmi, Pak Joko, Ronney, Mbak Inten, Mbak Reni, plus Ria dan Kristina. Menurut Analytics, link dari blog Sodara-sodara-lah yang ternyata paling banyak kirim pengunjung ke blog saya, hehehehe..

Gambarnya diambil dari sini