Monday, July 19, 2010

Indikasi Pembohong

Well, saya nggak suka banget ngomongin relationship, coz saya bukan pakar untuk urusan itu. Tetapi saya juga nggak tahu ke mana pertanyaan ini harus diucapkan supaya bisa dapet jawaban yang tepat, dan selain itu juga yang lebih penting lagi, haruskah pertanyaan ini diucapkan?

Seorang kolega saya lagi mabuk kepayang kepada kolega saya yang lain. Laki-laki ini punya penampilan menarik, badan sehat, kerja keras. (kedengarannya mulai mirip iklan lowongan pekerjaan) Mereka baru kenal sebulan, dan selama itu baru kencan dua kali. Saya pikir mungkin mereka bisa kencan lebih sering lagi, tapi karena mereka tinggal pisah kota, jadilah mereka terpaksa cuman ngobrol via telepon. Dari cara kolega saya cerita kepada saya, kedengerannya mereka sudah flirting satu sama lain. Dan, pembicaraan sudah menyerempet ke arah urusan pre-wed segala.

Sampek kemudian beberapa hari yang lalu, yang laki-laki bilang ke yang perempuan, bahwa sebenarnya dia duda.

Yang perempuan terkejut. Saya yang cuman nyumbang telinga buat dengerin cerita, kaget.

Ya know, saya kenal yang perempuan ini. Menurut saya, kalau dia tahu dari awal bahwa yang laki-laki itu sudah pernah punya bini, dia pasti nggak akan mau kencan dengannya. Tapi karena sekarang dia sudah kadung flirting setiap hari, maka standarnya pun turun dan dia pun bersedia jika “long distance flirting” ini dilanjutkan. (Mereka nggak sebut ini “long distance relationship”, soalnya katanya mereka belum “jadian”. Ya ampun, apa bedanya sih?)

Saya kadang-kadang bertanya bagaimana caranya standar seseorang dalam urusan cari pacar itu bisa turun. Saya pernah denger lelucon bahwa ketika seseorang masih berumur belasan tahun, dia akan tanya, “Siapa gw?” Ketika dia mulai berumur 20-an awal, dia mulai nanya, “Siapa elu?” Baru setelah masa itu dia mulai merendahkan intonasi, “Siapa aja deh..” Saya nggak percaya standar itu. Buat saya, calon suami/istri harus bisa bikin bahagia. Titik. Dan untuk kolega saya, saya mulai bertanya-tanya apakah dengan duda itu dia bisa bahagia?

Lalu saya bingung lagi. Memang apa salahnya jadi duda? Memangnya jadi duda itu borok? Kan nggak setiap orang akan selalu beruntung dalam pernikahan. Sepupu-sepupu saya janda, ada paman saya yang duda, dan mereka bilang bahwa proses menuju perceraian itu sangat menyakitkan. Nggak adil juga kalau saya bilang bahwa mereka nggak pantas punya suami atau istri lagi.

Kemudian saya nemu apa yang jadi akar masalah ini. Kan sudah dua kali kencan. Kencan pertama sudah menjurus ngajak pacaran. Kenapa nggak bilang jujur dari awal kencan itu, kalau dia duda?

Pikir saya, mana ada orang mau ngaku di kencan pertama bahwa dia duda? Itu nampaknya sama aja seperti membongkar boroknya sendiri. Karena dia takut, kalau dia bilang dari awal bahwa dia duda, maka selanjutnya tidak akan kencan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Tapi, kemudian saya berpikir, kalau dari awal sudah nggak bilang bahwa dia duda, bukankah itu berarti dari awal dia sudah nggak jujur? Kalau urusan status perceraian saja sudah nggak jujur, gimana mau jujur untuk urusan yang lain-lain? Bukankah dalam urusan relationship, apalagi kalau mau ngajakin bikin pre-wed segala, komitmen untuk kejujuran dan saling percaya itu nomer satu? Atau jangan-jangan waktu itu cuman mau flirting doang buat coba-coba?

Lalu saya mikir lagi, jangan-jangan buat si laki-laki ini, menjadi duda bukanlah borok. Status perceraian itu hanyalah fakta kecil yang bisa diceritakan “lain kali” atau “kapan-kapan”. Kebetulan aja buat yang perempuan, standar orang buat dikencaninnya adalah yang masih perjaka alias belum pernah punya istri. Tapi karena sekarang sudah kadung dimabuk cinta, maka begitu dikasih tahu bahwa si laki-laki ini duda, standarnya berubah jadi “duda nggak pa-pa deh, yang penting istri yang dulu sudah diceraikan”.

Jadi, Sodara-sodara, kalau Anda seorang duda atau janda, apakah Anda akan bilang pada kencan pertama bahwa Anda dulu pernah menikah? Kalau Anda di posisi kolega saya yang di-flirt-in, apakah Anda sudi digoda oleh janda atau duda? Apakah Anda sudi nurunin standar Anda, kalau Anda sudah kadung mabuk kepayang?

Gambar kaki-kakinya ngambil dari sini