Friday, July 30, 2010

Ketika Empet sama Tetangga

Punya tetangga yang rese kadang-kadang bisa sangat menyebalkan, tapi bagian paling menyebalkannya adalah kita nggak bisa memilih mau bertetangga sama siapa, dan situasi mengharuskan kita mesti bertetangga dengan orang itu. Saya kepikiran ini waktu tadi pagi saya baca tweet seorang teman. Dia ini lagi nginep di rumah sakit buat nemenin maminya yang lagi diopname. Dan dia mengeluh bahwa tetangga yang dirawat di tempat tidur sebelah tempat tidur maminya, berisik banget, kalau ngomong tuh kenceng.

Sebagai dokter saya ngerti bahwa ketika seorang pasien mesti diopname, kadang-kadang pasien dan keluarganya frustasi. Mulai dari makanannya nggak enaklah, rumah sakitnya nggak homy-lah, sampek keluhan harus berbagi kamar dengan pasien lain. Saya perhatiin memang tingkat stress pasien yang tidur di satu kamar berisi delapan pasien tentu lebih tinggi ketimbang pasien yang tidur di satu kamar untuk satu pasien. (ya iyalaah..semua orang juga tahu itu!)

Saya jadi inget waktu beberapa tahun yang lalu saya kerja di sebuah rumah sakit, di mana waktu itu saya bertugas ngopname dua orang pasien pengidap TBC. Sebut aja yang satu namanya pasien X dan yang satu lagi namanya pasien Y, dan mereka dirawat pada tempat tidur yang bersebelahan. Pada suatu pagi nyokapnya pasien X mendatangi saya, dan dengan takut-takut dia berkata, “Dokter, maaf, saya mau bawa anak saya pulang.”
Saya memandang si ibu. “Lho, kenapa? Anaknya kan masih sakit perut?” Itu TBC-nya sudah menjalar dari paru ke usus.
Nyokapnya nampak ragu-ragu, lalu akhirnya berbisik, “Iya sih. Tapi masalahnya..anak saya nggak tahan di sebelah orang itu..”
Saya langsung tersenyum, berusaha keras nggak ketawa.

Jadi gini lho, pasien Y itu lagi sakit parah. TBC-nya dari paru, sudah sampek ke otak, sehingga selaput otaknya rusak. Akibatnya sarafnya pun ikutan rusak, sehingga dia nggak bisa mengontrol buang airnya sendiri. Ujung-ujungnya, dia pun nggak sadar kalau dia pup. Siyalnya istrinya nggak bisa pasangin popok dengan benar, sehingga pupnya merembes ke sprei. Baunya itu lho..amburadul nyebar ke mana-mana dan ganggu banget.

Memang sih, ada perawat yang rajin gantiin sprei bekas pup itu. Cuman ya itu aja, kalau ketahuan sama pasien lainnya, kan nggak enak sama baunya, hihihihi..

Untungnya saya berhasil nenangin ibunya si pasien X, supaya jangan bawa paksa anaknya pulang. Saya bilang bahwa saya sudah menjadwalkan pasien Y untuk dipindahkan ke ruang opname lain karena ada prosedur yang harus kami lakukan, jadi malam itu pasien X nggak perlu tidur sebelahan dekat pasien Y lagi. Kesiyan kan, pasien X itu sebenarnya belum sembuh, tapi mosok mau minta pulang cuman gara-gara nggak betah tidur di sebelah pasien lain yang pup sembarangan? :-p

Saya yakin kalau kejadian ini bisa aja menimpa Anda. Kadang-kadang Anda nggak bisa nolak nasib, sakit bikin harus diopname, dan Anda terpaksa tidur berbagi kamar dengan pasien lain. Dan pasien lain mungkin situasinya menyebalkan, entah karena dia berisik, atau dia bau, atau dia kebanyakan penjenguknya, dan lain-lain.

Ada macem-macem cara supaya Anda nggak perlu dirawat bareng pasien tetangga yang rese. Caranya gini lho:
1. Gunakan radio mini, atau kalau Anda punya HP yang ada speaker-nya, boleh dicoba. Putarlah lagu keras-keras, lebih bagus lagi kalau lagunya dari genre music yang nggak disukai pasien tetangga, misalnya lagu Keong Racun, atau lagunya ST 12, atau lagunya Ridho Rhoma.
2. Minta bala bantuan teman-teman buat menjenguk Anda. Jangan barengan, tapi bergiliran. Dan cobalah tiap kali Anda dibesuk, Anda menyambutnya dengan lebay. “Eeh..Jeng Siti, apa kabaar..? Lama deh nggak ketemuuu..! Aduuh, pake bawa oleh-oleh segala, mbok ya nggak usah repot-repoot..! Aduh, aduh, aduuh..ini oleh-olehnya mau taruh mana yaa..? Maap Jeng, lha abis kamar saya sempiit..!”
Tentu saja ada resiko cara di atas bikin Anda malah dimarahin suster karena dianggap bikin gaduh, hihihi.. Jadi kalau Anda merasa cara-cara audio di atas terlalu norak, cobalah pakai cara halus.
3. Bilang gini ke pasien tetangga, “Eh, Pak, tahu nggak, Pak? Kalau dirawatnya di sayap seberang, perawatnya baik lho. Tiap pagi pasti ditawarin mau makan steak atau mau makan spageti, terus tiap sore pasti perawatnya kasih bonus cokelat Kit Kat. Nggak kayak di sini, pagi siang makanannya bubur melulu.. Coba deh Bapak pindah ke sana, pasti Bapak seneng deh..”
4. Boleh juga dengan memberdayakan aroma. Minta keluarga Anda bawa obat nyamuk dari rumah. Lebih bagus lagi kalau obat nyamuk itu pakai aroma yang nyegrak buanget. Malem-malem pas mau tidur, semprot obat nyamuk di seluruh ruangan, termasuk juga sisi tempat tidur pasien tetangga. Nanti kalau pasien tetangga batuk-batuk, Anda tinggal ngeles, “Aduh, maaf ya, Pak, soalnya saya biasa di rumah pake semprot nyamuk, jadinya saya nggak bisa tidur kalau belum pakai obat nyamuk..”

Gambarnya ngambil dari sini