"Tidak perlu main dengan pelacur, supaya bisa ketularan HIV. Tidak perlu juga pesta narkoba pakai satu jarum suntik ramai-ramai, kalau hanya ingin ketularan HIV. Cukup datang ke klinik, minta dijahit oleh perawat yang nggak pakai sarung tangan. Gampang!"
Kedengerannya ekstrim mengerikan, tapi begitulah. Kasus HIV yang menyebabkan AIDS itu, di negeri kita terlalu sering disangka karena hubungan seks dengan orang yang sering gonta-ganti pasangan. Padahal, data menunjukkan bahwa HIV di negeri kita paling banyak ditularkan via jarum suntik narkoba. Tapi berapa banyak masyarakat yang menyadari bahwa HIV juga menular melalui alat-alat medis di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang tidak steril?
Para penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas, dan klinik, hendaknya menyadari, bahwa salah satu indikator untuk menilai layanan mereka adalah melalui angka infeksi nosokomial di tempat layanan tersebut. Secara awam, infeksi nosokomial adalah kejadian tertularnya kuman kepada seorang penderita setelah penderita tersebut berobat pada suatu tempat pelayanan kesehatan. Kuman ini dapat menular melalui alat-alat medis yang digunakan pada penderita tersebut, misalnya slang oksigen, jarum infus, bahkan jarum suntik. Alat-alat yang semestinya menolong penderita ini dapat berubah menjadi sumber bencana penularan jika tidak disterilkan sebelum dan sesudah digunakan. Tetapi yang lebih mencemaskan lagi, infeksi ini juga dapat terjadi tanpa alat, tetapi melalui tangan paramedis yang tidak dilindungi sarung tangan.
Sebagai contoh, misalnya seorang penderita datang berobat ke suatu klinik karena luka kecil di tangannya. Dokter memeriksa luka tersebut, dan memegangnya. Jika penderita luka tersebut kebetulan mengidap HIV tanpa diketahui sang dokter, maka virus HIV dapat menular melalui darah yang tercecer di lukanya. Dokter yang tidak mengenakan sarung tangan akan tertular HIV dengan mudah karena sudah memegang luka tersebut. Selanjutnya, jika dokter didatangi pasien lain yang terluka dan dokter memegang luka pasien itu tanpa mengenakan sarung tangan, maka dengan mudahnya HIV akan menular kepada pasien itu. Inilah yang disebut infeksi nosokomial.
Tentu saja dampaknya sangat mengerikan. Bagaimanapun orang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk berobat atas penyakit yang dideritanya, bukan untuk mendapatkan penyakit baru. Karena itu seyogyanya para penyedia layanan kesehatan selalu memastikan tempat dan alat-alat mereka dalam keadaan steril, minimal dengan selalu mengenakan sarung tangan jika menghadapi pasien yang terluka.
Dewasa ini, para dokter telah dididik ketat untuk selalu menyediakan sarung tangan demi menghindari penularan penyakit dari satu pasien ke tempat pasien lain. Sayangnya masih banyak rumah sakit atau klinik yang seringkali alpa menyediakan sarung tangan di ruang-ruang unit gawat daruratnya. Lebih parah lagi, paramedis seperti perawat yang merasa "telah berpengalaman" sering enggan menggunakan sarung tangan dalam menangani pasien, karena merasa tangannya kepanasan jika menggunakan sarung tangan. Tidak heran kasus HIV yang bukan dipicu perilaku seks bebas atau narkoba, malah meningkat akibat "tidak sengaja" tertular HIV ketika sedang berobat ke rumah sakit atau klinik.
Masyarakat dapat mencegah dirinya tertular HIV dengan cara demikian. Jika masyarakat mendapati suatu tempat penyedia layanan kesehatan yang paramedisnya malas menggunakan sarung tangan dalam menangani luka, hendaknya masyarakat mencari tempat lain saja yang sekiranya lebih steril untuk berobat.
Cara sederhana lainnya bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita mendapati suatu kecelakaan lalu-lintas, dan kita ingin menolong korban yang terluka, jangan pernah semata-mata langsung memegangi bagian badan korban yang terluka. Peganglah korban dengan kain, jaket, selimut, koran, atau apa saja; tapi jangan sampai langsung bersentuhan dengan luka atau darahnya, karena darahnya bisa saja mengandung HIV.
Kita tidak pernah tahu, orang yang kita tolong itu mengidap HIV atau tidak. Dan kita juga tidak pernah tahu, orang yang menolong kita itu pernah tertular HIV atau tidak. Selalu waspada adalah tindakan bijaksana, dan waspada dapat kita mulai dengan cara-cara sederhana seperti yang terurai di atas. Bagaimanapun, seperti kata pepatah lama, mencegah masih jauh lebih mudah daripada mengobati..