Monday, March 30, 2009

Supermarket Bencana


Kalo Indonesia bisa dianalogikan sebagai supermarket, dan supermarket adalah toko di mana semua serba ada, maka Indonesia adalah supermarket bencana. Bayangin, segala bencana yang bisa terjadi di dunia, semua ada di Indonesia. Gempa bumi? Ada. Tsunami? Ada. Lumpur panas? Ada. Wabah penyakit? Ada. Malah longsor sampah dan tanggul jebol, itu cuma ada di Indonesia. Mana negeri lain punya kayak gini? Nggak ada! Barangkali kita mesti buru-buru bikin hak paten atas longsor sampah dan tanggul jebol sebagai karya cipta aseli Indonesia, sebelum keburu dijiplak sama bangsa lain.

Yang nyebelin, sudah banyak bencana beragam di Indonesia, tapi bangsa kita masih aja nggak mau belajar. Bukan belajar supaya bencananya tetap lestari (itu sih Indonesia udah jago!), tapi mbok ya belajar menanggulangi bencana supaya nggak tambah repot, gitu. Sekarang aja semenjak tanggul Situ Gintung jebol, penduduk udah kelimpungan lantaran kehilangan keluarga dan harta. Ini diperparah sama kehadiran orang-orang nggak penting di TKP yang berkedok "meninjau" penduduk, tapi sebenarnya cuma mau jadi "turis bencana".

Ribuan orang datang berduyun-duyun, dengan motivasi mau foto-foto di depan Situ Gintung yang udah berubah jadi kota tenggelam. Nggak mikir di situ ada penduduk yang bingung nanti malam mau makan apa, besok mau sekolah gimana, ini badan udah gatel-gatel tapi nggak tau mau mandi di mana. Yang nista caleg-caleg datang cari muka, bagi-bagi sembako sambil bikin posko-posko kesehatan, tapi ujung-ujungnya di tiap bantuan ada tulisan, "Pilihlah saya!"

Dan nampaknya orang-orang yang bagi-bagi sembako ini nggak punya alternatif ide lain selain bagi-bagi mie instan. Aduh, orang lagi susah kok dikasih mie instan? Masaknya gimana, kan kompornya udah kelelep? Mie instan itu nggak ada gizinya. Nanti setelah pembagian sembako selesai, penduduk ketiban penyakit baru: Sakit maag gara-gara cuma makan mie instan!

Mendingan penduduk dibagi-bagiin kupon makan. Kupon yang ada, bisa dituker sama nasi timbel lengkap sama lalapan dan lauk plus air mineral gratis di tenda dapur umum. Di sana ada air bersih yang dialirin pake mobil tangki, bisa dijatahin untuk penduduk buat mandi, wudu, dan buang hajat.

Dan banyak sumbangan yang donasi baju-baju bekas, tapi banyak yang lupa mikirin nyumbang mukena. Penduduk kan perlu sembahyang..? Penduduk kan perlu bungkus mayat pake kain kafan?

Ini masih diperparah orang-orang sok pahlawan yang berlomba-lomba bikin posko kesehatan. Bayangin, cuman modal tensimeter, stetoskop, dan mempekerjakan mahasiswa-mahasiswa kedokteran, plus nyediain oralit, obat penurun panas, obat antigatel, dan vitamin C, maka jadilah posko kesehatan! Nanti kalo korban nggak bisa diobati, korban disuruh pergi ke tenda SAR. Tenda SAR-nya yang mana, orang poskonya juga nggak tau, lha wong bikin posko bencananya dadakan tanpa kordinasi dulu sama Badan Penanggulangan Bencana. Nolong kok nggak dipikir matang-matang?

Dan menyikapi banyaknya turis bencana yang dateng ke situ cuman buat foto-foto di depan penduduk yang udah kehilangan harta dan pekerjaan, gw punya ide, gimana kalo caleg-caleg itu sekalian aja buka landmark di Situ Gintung? Buka tenda-tenda biru, supaya turis-turis bisa "nonton" tanggul jebol tanpa takut kepanasan. Sekalian bikin kafe-kafean tenda gaul supaya penduduk bisa jualan es campur dan soto kudus buat turis yang mampir, lumayan kan buat penghasilan warga yang ketimpa musibah? Sediain juga fotografer keliling dari penduduk buat motretin turis yang kepingin mejeng di lokasi bencana, kalo perlu sediain guide sekalian. Jika turis emang kepingin liat-liat lokasi, mbok sekalian aja disediain perahu karet yang dikayuh sendiri oleh korban bencana. Jadilah ini namanya, Tour de Situ Gintung!

*potret ironis dari kegiatan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain*

Mudah-mudahan kita bisa belajar dari negeri supermarket bencana ini, bahwa kita perlu ngompakin penanggulangan bencana lebih baik. Maksud hati kita emang nolong, tapi ya jangan bikin korban makin susah dengan pertolongan kita. Kasihlah bantuan yang sifatnya jangka panjang, bukan yang cepet abis dalam sekejap. Duh, Situ Gintung, sampai kapan nasib mereka terkatung-katung..?