Tuesday, March 3, 2009

Posisi Wuenaak!


Gw nanya pada beberapa orang apa yang dimaksud dengan posisi wuenaak.
"Posisi wuenak itu, di bangku barisan tengah, deket jendela, persis di belakang supir," kata temen gw, yang suka mondar-mandir keluar kota pake travel.
Kakak gw lain lagi. Jawabnya, "Posisi wuenak itu, di atrium lantai dasar mall, ada eskalator di pinggirnya, tempat semua orang dari seluruh lantai bisa liat geraimu melalui void." Perlu diketahui kakak gw adalah pemilik gerai taman bermain yang buka di mall-mall.
Seorang teman gw yang pecandu sepakbola, bilang, "Aku nggak punya posisi favorit. Posisi wuenakku bisa di mana aja: aku bisa jadi kiper, striker, gelandang juga bisa. Tapi aku paling benci di posisi sayap."

Jawaban-jawaban itu bikin gw sadar bahwa ternyata relativitas itu memang ada. Einstein nggak pernah ngibul.

Gw ngomongin posisi wuenaak setelah kemaren chatting sama kolega gw, sebut aja namanya Erman, 25. Dia fresh-graduated yang lagi milih tempat buat PTT.
Erman: "Posisi lu di mana, Vic?"
Gw: "Pulang Pisau."
Erman: "Di mana tuh?"
Gw: "Kalimantan."
Erman: "Vic, tau nggak di mana PTT yang posisinya enak?"
Gw: "Enak gimana maksud lu? Kalo di tempat gw sini, gw suka kepanasan. Soalnya daerahnya dataran rendah, deket khatulistiwa.."
Erman: "Bukan, maksud gw, di mana posisi PTT yang insendanya gede? Yang sebulannya di atas Rp 2 juta?"

Gw ketawa. Dalam hati gw membatin, ya ampun, belum tentu juga lu diterima, udah minta gaji 2 juta.

Gw selalu bilang, cuman ada dua macam dokter yang mau ikut PTT. Yang pertama, dokter yang seneng jalan-jalan. Yang kedua, dokter yang nggak waras.
*Lu masuk yang mana, Vic?*
(Dua-duanya.;))

Kenapa? PTT memungkinkan dokter-dokter yang parlente dari kota besar bisa jalan-jalan ke negeri-negeri antah-berantah yang nggak pernah mereka bayangkan dan cuman bisa diliat di acara-acara tv-nya Ryani Djangkaru atau Adita Suryadi. Kalo kamu dokter PTT, kamu bisa ngerasain naik speedboat tanpa make rompi pelampung, naik andong turun gunung tiap hari, dan disambut penduduk setempat dengan upacara di mana sebagai kehormatan kamu dipersilakan mengisap gelendong mammae istri kepala suku setempat.

Segi tidak warasnya? Kamu hidup tanpa sinyal 3G, tanpa air bersih, dan listrik mengalir antara jam 10 malam sampai jam 4 pagi.

Kalo kamu bukan pegawainya Negara, kamu pasti nggak tau apa itu insentif daerah alias insenda. Perlu diketahui bahwa gaji dokter PTT sama aja dengan gaji PNS golongan III, tapi tanpa tunjangan. Ini yang gw sebut nggak waras. Dengan gaji segitu, mana bisa kita nabung buat beli genset buat nyalain vacuum cleaner? Mana bisa pula kita beli Land Rover buat naik-turun bukit supaya kita nggak perlu ngetem andong? Karena itu kabupaten lokal yang merekrut dokter PTT ngasih insentif daerah supaya dokternya betah. Besarnya sih variatif. Kalo daerahnya tajir, ya insentifnya bejibun. Kalo daerahnya kere, ya insentifnya dikit. Mungkin dipikirnya, kebahagiaan dokter itu bisa dibeli pake duit. Padahal salah tuh, dokter cuman bahagia liat pasiennya sembuh (cieehh..:-D).. dan balik lagi ke tempat prakteknya (*gubrax!:-S*).

Itu yang bikin dokter mau ikut PTT, coz insentif daerahnya (katanya) gede.

Sialnya dokter sekarang banyak yang matre. Udah tau ada insentif, tapi masih nanya insentifnya berapa. Pikirnya, kalo insentifnya dikit, dia nggak mau melamar penempatan ke situ.

Biasanya dokter ikut PTT karena dia emang belum diterima kerja di mana-mana. Ya gimana dia mau diterima kerja di rumah sakit besar, orang dia kan baru lulus dan belum punya pengalaman profesional? Maka umumnya, PTT itulah pekerjaan pertama para dokter, yang penghasilannya tetap, dan yang lebih penting lagi: legal. (Ada lho penghasilan dokter yang nggak legal).

Insentif memang bikin dokter jadi ngiler. Tapi sialnya, biasanya makin banyak insentif, makin banyak juga biaya hidup yang mesti dikeluarin, coz insentif biasa dikeluarin oleh daerah yang super terpencil.
Contohnya, kolega gw di Pulang Pisau, yang tinggal di daerah yang saking keringnya, sampai air mandinya aja terasa asin. Karena mandi air garam tiap hari bikin kulit perih, dia bela-belain belanja air galon cuman buat mandi. Bisa dibayangin insentifnya abis cuman buat air galon.

Lain lagi kolega gw di Yapen-Waropen. Begitu terpencilnya daerah di Papua itu, sampai-sampai air bersih di rumah dinasnya aja nggak ada. Akibatnya, dia terpaksa ngabisin insentifnya buat sewa rumah di kota yang jauh banget dari Puskesmasnya.

Jadi kesimpulannya, enak itu relatif. Gaji besar, tapi selalu ada ketidaknyamanan yang harus dibayar. Jangan keburu seneng dulu dapet penghasilan besar.

Lain dari itu, kursi PTT itu cuma 500-an, tapi dokter yang daftar ada seribu. Jadi diterima PTT, dapet daerah tajir atau kere sekalipun, itu udah untung.

Jadi, posisi di mana yang wuenak?

Kata para pecandu Kama Sutra, "Posisi yang asik tuh, nggak penting woman on top, atau man on top. Yang penting, posisinya: 69. Itu baru posisi wuenaak!"

Gw nenggak soda gw. SETUJU! ;-)