Tuesday, March 17, 2009

Ketika Presiden Sakit Maag


Jadi, ternyata Presiden bisa sakit maag.
Tentu saja, kan presiden juga manusia biasa yang bisa sakit maag. Lha kamu sekalian para jemaah apa nggak pernah sakit maag? Gw bisa dengar kalian nge-buzz bahwa sakit maag bisa jadi langganannya para blogger, lebih-lebih mereka yang asyik ngeblog sampai lupa makan. Memang bahaya betul baca blog itu, apa-apa jadi serba nanti. Mau mandi? "Nanti!" Mau tidur? "Nanti!" Mau makan? "Nanti!"

*Jadi gimana, Vic, apa sebaiknya kita berhenti baca blogmu ini supaya para jemaah nggak sakit maag?:-o*

Gw barusan jalan ke http://sigitsusinggih.net. Blog ini mereview ulang siaran konferensi pers presiden negeri kita di tivi, yang menjelaskan apa yang terjadi pada Pak Presiden minggu lalu waktu sakit maag di Makassar. Ini untuk mereduksi gosip-gosip politik yang nggak bener seputar sakit maagnya Presiden waktu itu. Jadi Presiden bilang bahwa Presiden sakit maag, lalu oleh dokter kepresidenan dikasih obat "M". Ternyata maagnya nggak mau ilang. Jadi Presiden bilang ke dokter, kalo selama ini Presiden sakit maag, biasanya sembuhnya pake obat "P". Dan begitulah akhirnya Presiden dikasih obat "P", dan Presiden pun pulih dari sakit maagnya.

Gw nggak mau sebutin merk obatnya, coz gw dokter yang nggak boleh promosi merk. Presiden sudah melakukan itu pada konferensi di atas, secara tidak langsung tentu saja.

Ada yang sangat menarik di sini. Obat "M" yang pertama kali dikasih dokter kepresidenan itu, sebenarnya adalah antasid. Dan itu mengejutkan gw.

Hari gene sakit maag masih minum antasid?!

Lalu gw ingat sebuah simposium yang gw hadiri di Bandung tahun lalu. Enaknya gw kasih tau dulu ya, hari gini jadi dokter tuh banyak banget tuntutannya. Ringkasnya, kami mesti kasih obat yang terbaik buat pasien (bukan yang termahal!). Untuk tahu obat yang terbaik, kami mesti tau perkembangan ilmu kedokteran yang paling baru, terus-menerus. Jadi dokter harus banyak baca, gaul, dan belajar terus. Maka banyak banget dokter yang ngebet ikutan seminar ini itu supaya nggak ketinggalan perkembangan ilmu, termasuk gw yang rajin berburu undangan seminar. Soalnya asosiasi profesi kami sudah memperingatkan, kalo kami nggak mau up-to-date, kami nggak boleh praktek!

Lalu salah satu simposium yang gw hadiri itu, berkicau tentang pengobatan sakit maag yang terbaru. Dokter jaman dulu biasa ngobatin sakit maag pake antasid. Saking banyaknya pasien yang butuh antasid, ujung-ujungnya antasid dijual bebas tanpa resep, dengan berbagai merk, antara lain seperti merk "M" dan merk "P" yang dipake Presiden dan pasti oleh kalian semua.

Penelitian membuktikan bahwa antasid ternyata nggak tokcer banget ngobatin maag. Memang maagnya reda, tapi lambungnya tidak diperbaiki dengan memadai, jadi besok-besok maagnya kumat lagi, apalagi kalo pasiennya nggak disiplin makan teratur. Maka sembuhnya maag jadi kayak bola pingpong, kumat-reda-kumat-reda. Nggak heran antasid jadi tidak efektif.

Karena itu diciptakan obat-obatan maag yang lebih gres, yang bisa memperbaiki maag lebih bagus. Pengobatan maag terbaru saat ini berupa obat-obatan inhibitor pompa proton dan alga yang fungsinya melabrak asam lambung dan melapisi otot lambung supaya nggak gampang perang sama asam lambung. Kombinasi obat ini ternyata lebih ampuh ketimbang minum antasid, dan sembuhnya pun lebih lama. Pendek kata, antasid minggir aja ke laut.

Tapi, kenapa waktu Presiden sakit maag, pertolongan pertama masih berupa antasid? Masih mending dikasih famotidin lho, kerjanya lebih cepat. Apakah stok obat lain yang lebih canggih buat Presiden lagi kosong?

Padahal gw sendiri bercita-cita jadi dokter kepresidenan. (Bukan, bukan supaya bisa diangkat jadi mantu presiden!) Alasannya gampang aja. Presiden kan sering jalan-jalan. Lha kalo gw jadi dokternya kan, gw bisa ikut jalan-jalan gratis..hehehe.
*Dasar lu, Vic! Ada motivasi udang di balik batu!*

Ya itu alasan dungunya. Tapi alasan sebenarnya, gw pengen praktekin ilmu gw dengan kualitas yang terbaik. Gw sering ngobatin rakyat melarat dengan obat yang cuman tersedia kualitas seadanya aja di apotek dusun. Kalo gw ngobatin RI-1, gw bisa bertindak lebih kreatif dan ngusulin obat-obatan yang jauh lebih baik. Kesehatan presiden akan terkelola dengan lebih bagus dan pada akhirnya presiden bisa ngurusin negara lebih baik lagi.
Dan gw, bisa jalan-jalan gratis.. (teteupp..)

Yang lucunya, antasid yang dikasih ke Pak Presiden minggu lalu adalah antasid merk paten yang biasa dipake rakyat. Jadi bingung, kok presiden nggak pake merk generik sih? Kan lebih menghemat anggaran, gitu lho.. Memang, urusan konsumsi merk obat itu masalah cocok-cocokannya konsumen. Tapi kalo presiden bisa ngalamin rasanya minum obat generik, kan presiden bisa tau kualitas kayak apa obat yang selama ini dipake rakyat kita.

Gw nggak nyalahin tim dokter kepresidenan. Mereka kolega senior gw dan gw yakin mereka berusaha bertindak terbaik. Mudah-mudahan Pak Presiden nggak sakit maag lagi. Kayak blogger aja deh..