Sunday, March 1, 2009

Offspring Dilarang Nongol!


Sebenarnya, dulu gw selalu ngira Offspring itu band berisik yang beken dengan lagu Come Out and Play-nya. Gw nggak suka lagu itu coz benci reffrain-nya yang kayak gini nih, "Give it to me, baby.. Uh huh, uh huh.. Give it to me, baby.. Uh huh, uh huh.." Gw pikir lagu itu diciptain orang yang udah kelamaan horny..

Sampai kemudian gw baca kitab andalan gw, Cosmo. Di situ ada artikel seks yang nulis kira-kira begini.. "Dan janganlah absen menggunakan kondom bila Anda tidak mau terjadi offspring.." Saat itu barulah gw ngeh.. ooh itu tho artinya offspring?

Kali ini gw akan nulis tentang kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Ketika orang awam seenaknya menghakimi para ibu penderitanya sebagai ibu yang tidak mensyukuri pemberian Tuhan, kami para dokter menganggap serius kejadian ini sebagai masalah yang bisa berdampak kematian. Lho kok bisa ya?

Tahun 2003, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 307 per 100.000. Artinya, kalo ibu hamil di Indonesia disuruh baris berjejer sebanyak 1000 orang, maka sebanyak 3,07 ibu di antaranya akan meninggal karena hamil atau melahirkan. Hii..serem dong ya? Sangat!

Berapapun jumlah ibu yang meninggal, tidak bisa diampuni. Coz, kalo ibunya meninggal, siapa yang mau nyusuin bayinya?

Dari semua kehamilan yang terjadi, separuhnya tidak direncanakan. Sang ibu ternyata tidak berencana hamil, dan kehamilannya itu tidak disengaja. Macam-macam lho alasan ibu tidak mau hamil:
1. Karena merasa sudah cukup punya anak. Misalnya, dua anak udah cukup bikin rumahnya berisik.
2. Karena ibu kepingin punya kegiatan lain selain ngurus anak. Misalnya bungee jumping, sekolah S2, atau menggembala kambing.
3. Karena ibu belum punya duit buat nyuapin anak. Misalnya karena suami masih kerja serabutan, baru bisa numpang Pondok Mertua Indah, dan belum bisa nyicil apartemen sendiri.
4. Ibu punya penyakit yang bisa jadi parah kalo sampai hamil. Misalnya darah tinggi, sakit ginjal, diabetes, pernah kecanduan ganja, dan lain-lain.
5. ... (Silakan isi sendiri).

Akibatnya ya banyak perempuan milih nggak mau hamil. Tapi ketika mereka telanjur hamil, mereka jadi bingung sendiri. Mau digugurin, dosa. Mau dilahirin, belum tentu juga orang tua sanggup ngurusinnya. Siapa yang mau beliin popok? Siapa yang mau nyekolahin? Belum lagi kalo ibu jadi sakit-sakitan waktu hamil. Kematian ibu banyak terjadi pada ibu yang hamil terlalu muda (di bawah 20 tahun), terlalu tua (di atas 35 tahun), terlalu banyak beranak (lebih dari 4 anak). Kondisi-kondisi inilah yang justru paling banyak tidak kepingin anak, dan malah mengalami KTD.

Jadi, gimana caranya supaya yang lagi nggak mau hamil jadi nggak perlu hamil. Kuncinya adalah keluarga berencana (KB), alias Planned Parenthood (bukan Family Planning lho yaa..). KB ini bukan sekedar ngurusin alat kontrasepsi lho, tapi intinya adalah nolongin para manusia (bukan pasangan!) buat bikin strategi untuk beranak yang nyaman. Ini menyangkut rencana mau punya anak berapa, mau hamil pada usia berapa, mau pake cara KB apa, dan kapan mau berhenti ber-KB.

Tanpa memuji pemerintah yang cuman sudi menanggung dua anak aja dari para pegawai negeri sipilnya, gw setuju bahwa seyogyanya satu pasang suami-istri cukup punya dua anak aja. Alasannya praktis, kalo waktunya anak bagi rapot, nyokap bisa ambil rapot si sulung, bokap bisa ambil rapot si bungsu. Orang tua bisa nanya kepada guru masing-masing kenapa anak mereka dapet nilai merah untuk pelajaran menggambar, dan bisa konsul untuk nentuin apakah anak mereka lebih baik jadi pengacara ketimbang jadi astronot.

Lalu, kalo bisa jangan hamil ketuaan, atau justru malah hamil pada saat masih ABG. Umur segitu, kasarnya sih, bisa bikin janinnya kelainan. Janin yang nggak tahan punya kelainan, akan keguguran. Kalo dia bertahan, waktu lahir malah jadi anak yang cacat. Ibunya sendiri bermasalah, karena pada umur segitu, rahimnya nggak cukup kuat buat nanggung bayi. Maka kehamilannya pun sulit, mulai dari darah tinggi sampai perdarahan berlebihan.

Nggak setiap alat KB cocok untuk semua orang. Pil KB harus diminum tiap hari, dan kalo sekali lupa minum, bisa repot. Suntikan cukup 1-3 bulan sekali, tapi nggak asik buat yang darah tinggi. IUD cukup nyaman, sekali pasang, kontrolnya 5 tahun sekali. Tapi benang IUD yang kepanjangan, bikin sakit para suami. Paling praktis, ibunya ya disteril aja.

Dan jangan ibunya aja yang disuruh KB. Bapak-bapak juga mesti repot, mau pake kondom atau malah divasektomi. Kalo nggak mau pake alat, ya kudu rela senggama terputus. Boleh nowel, tapi nggak boleh invasi. Duh, apa enaknya?! Memang, semua pilihan ada kelemahannya. Tapi semua efek samping yang timbul, masih jauh lebih enak daripada munculnya KTD.

Sampai kapan ber-KB? Yaa sampai ibu menopause. Atau, sampai ibu siap punya anak lagi.

Kita yang belum menikah juga mesti ber-KB lho. Bukan, bukan beli kondom! Tapi alat KB-nya satu: ..iman. Hahaha!

Hidupkan seks dengan indah dan sehat. Selamat ber-KB! Jangan sampai offspring nongol yaa..