Thursday, February 11, 2010

Orasi Atas Nama Tumbal

Kepada yang terhormat Bapak-bapak yang tukang demo,

Mohon dengarkan saya kali ini, karena akhir-akhir ini saya semakin prihatin dengan ulah Bapak-bapak sekalian ketika sedang berdemo. Bapak-bapak, saya dengar, sekarang Bapak-bapak memakai kerbau untuk demo. Kerbau disurung-surung ke jalan, lalu di badannya ditempelin foto pejabat. Pertanyaan saya cuman satu, Bapak-bapak. Apakah Bapak-bapak sudah minta ijin kerbau tersebut untuk ditempelin foto orang yang sama sekali tidak pernah dia kenal?


Lalu, pada minggu yang sama, Bapak-bapak yang lain demo dengan cara menyembeleh ayam. Itu maksudnya apa? Kan kasihan ayam itu seharusnya mencari biji-bijian di tanah, lalu diculik dan disuruh ikutan demo dan ujung-ujungnya disembeleh. Coba kalau ayam bisa bicara, dia akan berteriak, “Petok..! Petok..! Lepaskan aku..! Petook..!”


Tadinya saya mau diam saja, Bapak-bapak. Karena saya pikir, demo-demoan itu toh bukan minat saya. Paling-paling jadi minatnya para tukang teh botol, betul tidak? Tapi tadi malam, saya nonton berita. Saya lihat rekan-rekan Bapak-bapak demo lagi, dan kali ini menyembeleh kambing. Oh my God, Bapak-bapak! Lebaran haji kan baru beberapa bulan lalu, kenapa sudah nyembeleh kambing lagi?


Bapak-bapak tukang demo yang terhormat, masih ingat kan dulu ibu guru kita mengajari kita di SD, apa manfaatnya hewan-hewan itu? Kerbau berguna untuk membajak sawah. Ayam berguna untuk diambil telornya. Kambing berguna untuk dijadikan sate. Apa pernah ada ibu guru nulis di papan tulis, kerbau berguna untuk diajakin demo? Ayam dan kambing disembeleh untuk demo? Nggak, kan?


Coba sekali-kali Bapak-bapak membayangkan diri Bapak-bapak di posisi kerbau, ayam, dan kambing itu. Bagaimana rasanya jadi kerbau, yang biasanya main di sawah, tiba-tiba ditarik masuk ke jalan yang tidak pernah dia lewatin, lalu ditarik ke sana kemari tanpa diberi tahu dirinya mau diapakan? Penampilan kerbau sudah gagah perkasa, tahu-tahu badannya ditempeli foto seseorang yang dia tahu namanya saja tidak? Mungkin menurut Bapak-bapak wajah orang di foto itu lebih tampan ketimbang wajah sang kerbau, tapi bagi sang kerbau narsis mungkin kerbaunya merasa lebih tampan. Tentu sangat menyinggung bagi kerbau itu! Bapak-bapak pikir kenapa orang-orang sedang berwacana supaya lain kali dibikin undang-undang agar kerbau tidak boleh masuk jalan? Bukan buat melarang demo membawa kerbau, tapi ya karena jalan itu memang bukan buat habitatnya kerbau. Coba kalau di tengahnya demo tahu-tahu kerbaunya panik dan kepingin boker, tapi nggak tahu caranya boker di jalan beraspal lantaran biasanya juga boker di sawah, kasihan kerbaunya kan, Bapak-bapak?


Dan ayam itu, untuk apa dibawa-bawa segala buat disembeleh di tengahnya demo? Coba saja kalau tindakan Bapak-bapak ini ketahuan oleh Perserikatan Bangsa Ayam, dijamin mereka semua mogok tidak mau bertelor karena disembeleh semena-mena untuk alasan yang tidak memakmurkan. Hasil sembeleh itu dikemanakan oleh Bapak-bapak? Dagingnya disembeleh pun tidak cukup dimakan rame-rame oleh seluruh pendemo. Bulunya sudah berlumuran darah sehingga tidak pantas lagi dicabutin untuk dijadikan sulak. Dan jeritannya ketika disembeleh pun, siapa yang mau dengar? Begitukah caranya kita mestinya memperlakukan binatang?


Saya tidak akan mengulang paragraf yang sama untuk kambing di siaran tivi itu, Bapak-bapak. Sebagai seorang penyayang binatang, saya sedih melihat Bapak-bapak menumbalkan kambing itu hanya karena Bapak-bapak demo untuk sebuah undang-undang. Memang Tuhan menciptakan kambing itu buat dimakan, Bapak-bapak, tapi kalau kambingnya yang disembeleh cuman satu, ya itu siapa yang mau makan? Mbok kalau mau bikin sate kambing buat seluruh pendemo, kambing yang disembelehnya ya yang banyak, jangan cuman satu ekor. Bapak-bapak ini pernah nyembeleh kambing pas hari raya kurban, nggak sih?


Harusnya tidak usah saya ingatkan lagi di sini, Bapak-bapak. Hewan-hewan itu adalah makhluk hidup, tidak pantas diperlakukan semena-semena di luar fungsinya. Biarkan mereka hidup aman dan tenteram, bukan-bukan pura-pura diajak berdemo padahal ujung-ujungnya malah disembeleh. Coba kalau kita yang jadi hewan dan mereka yang berdemo menentang raja binatang, lantas akhirnya kita ditarik ke sana kemari dan disembeleh, kan merana diri kita, Bapak-bapakku Sayang? (Diriku mulai mirip Sri Gayatri nasabahnya Bank Century.. :p)


Saya menulis ini bukan karena sok-sok membela hak-hak asasi binatang. Saya nggak pernah temenan sama kerbau, saya selalu pesan sate kambing kalau ke warung satenya Pak Sawargi di Cipanas, dan saya menulis ini sambil makan sop ayam. Tapi saya tidak rela, Bapak-bapak mengeksploitasi hewan-hewan itu untuk kepentingan aspirasi Bapak-bapak sendiri, sementara Bapak-bapak tidak memikirkan kepentingan aspirasi hewan-hewan itu untuk membela hak mereka untuk ditanyai, apakah mereka bersedia ikutan demo atau tidak. Hewan juga berhak hidup tenang. Tanpa disembeleh semena-mena. Tanpa ditempeli foto di badan.


Hormat saya,

Vicky Laurentina

Pemerhati Hak-hak Asasi Binatang