Gw suka banget naik kereta api, tapi gw nggak pernah mufakat sama WC-nya. Gw heran, kenapa sih WC di kereta api itu selalu bau apek? Apakah tukang bersih-bersih WC-nya nggak pernah sempat nyikat WC lantaran kereta berhenti di tiap stasiun cuman lima menit? Memangnya harus berhenti berapa lama di tiap stasiun supaya petugasnya punya waktu buat nyikat WC?
Gw pikir mungkin para direktur kereta api nggak punya anggaran cukup buat beli sikat WC dan pengharum toilet. Baiklah, gw sangat maklum. Tapi kayaknya yang punya kereta api terus-menerus memprovokasi para penumpang untuk pipis, terbukti dengan adanya para pramugari menawari penumpangnya kopi dan teh. Mereka seolah lupa, kalau penumpangnya minum kopi atau teh, nanti orangnya terangsang buat pipis. Kalau mau pipis, penumpangnya mesti ke WC. Padahal WC-nya bau apek, akibatnya penumpangnya ngomel. Jadi, para direktur kereta api yang terhormat, kalau nggak mau penumpangnya ngomelin WC, mbok ya pramugarinya jangan disuruh nawarin kopi atau teh.
Maka jadilah pas gw naik kereta api kemaren, penumpangnya bermuram durja gara-gara ngempet pipis sepanjang jalan. Untuk menghibur penumpangnya supaya tidak mellow, maka di gerbongnya dipasangin tivi. Gw perhatikan sepanjang jalan tuh tivi muterin itu-itu lagi: iklan kereta api, lagu-lagu sendu, dan film lepas.
Gw sendiri nggak terlalu ngeh dengan apa yang diputar di layar 14 inci itu, coz posisi duduk gw tujuh deret dari tivi itu. Udah tivinya kekecilan buat gw, filmnya bisu pula. Padahal kalau dipikir-pikir, ini filmnya juga nggak jadul-jadul amat. Mungkin paling lama ya keluaran tahun '90-an. Helloo..ada yang tahu di mana remote tv-nya?
Gw pikir, siapa juga sih penumpang yang mau nonton film bisu? Jadi gw neliti muka-muka penumpang yang di kereta. Ada yang lagi tidur, ada yang lagi baca koran, dan ada juga yang lagi nulis blog (yang ini sih gw!). Oke, ada segelintir yang lagi ngeliatin tivi, tapi matanya melayang ke mana-mana. Kesimpulan gw, tak ada penumpang yang sungguh-sungguh memperhatikan film di tivi itu.
Gw jadi kesiyan sama kereta api yang udah repot-repot nyediain tivi tapi nggak ditonton. Padahal kan buat nyediain tivi itu mereka udah capek-capek mbayar listrik dan nyewa DVD di tukang rental, huhuhu..
Ini mungkin sama kayak kita di rumah. Kebiasaan jelek kalau ada di rumah, pasti tivi dinyalain. Padahal belum tentu juga tivinya ditonton. Kadang-kadang tivi ditinggal nyala dengan suara banter, sementara kita masak di dapur. Kadang-kadang bukan kita yang nonton tivi, tapi tivi yang nontonin kita, soalnya kita ketiduran. Paman gw punya kebiasaan duduk di ruang tengah, tivi nyala, tapi suaranya dibikin bisu, sementara dos-q muterin mp3 The Beatles dari teater rumahnya.
Kenapa kereta api ngotot masang tivi padahal penumpangnya nggak nonton? Mungkin karena sifat dasar manusia, senang lihat gambar bergerak dan dengar suara berisik. Meskipun dia nggak terlalu ngeh dengan informasi yang disampaikan oleh gambar dan suara itu.
Bukan apa-apa sih. Tapi gw pernah hidup setahun di dusun yang doyan mati lampu, jadi gw sadar bahwa mestinya kita nggak boleh buang-buang listrik. Sampai sekarang gw masih mentung kepala gw sendiri kalau gw menangkap basah diri gw ketiduran di depan tivi yang menyala.
Tips buat kereta api, kalau memang niat menghibur penumpang dengan tivi, tanpa buang listrik:
1. Sebelum keretanya jalan, tanya dulu ke seluruh penumpang, "Bapak-bapak, Ibu-ibu, ayoo siapa yang mau nonton tivi, acungkan tangaan!!"
2. Nggak usah nyalain tivi di bagian belakang gerbong. Sudah tahu penumpangnya duduk ngadep depan semua, ngapain juga nyalain tivi di bagian belakang?
3. Kalau memang niatnya mau muter film bisu, pilihlah film yang memang nggak ada suaranya, misalnya Mr Bean atau Charlie Chaplin. Apa gunanya muter film action di kereta api kalau penumpangnya nggak denger suara bak-bik-buk?