Sunday, February 14, 2010

True Love-ku Bukan Soulmate-ku

Jadi, Brad Pitt cerai dari Angelina Jolie. Ini sungguhan. Kali ini bukan hoax. Penyebabnya? Klasik. Ternyata, Jolie bete coz selama ini Pitt masih sering kepikiran mantan bininya, Jennifer Aniston.

***

Bener nggak sih true love itu sama dengan soulmate? Kalau memang dua istilah itu artinya sama aja, kenapa di dunia ini bisa ada perceraian seperti yang terjadi pada Pitt, Jen, dan Jolie? Lha kalau memang cinta sejati itu ada, kenapa mereka nggak bisa mempertahankan pernikahan sehingga harus bercerai? Bukankah orang menikah untuk alasan yang sama, yaitu karena cinta?
Lantas ketika mereka mutusin bercerai, apakah cinta itu sudah punah lantaran setrumnya sudah habis?

Memang nggak semua orang menikah karena cinta. Beberapa menikah karena memang dicomblangin seperti ayam babon ketemu ayam jago. Atau seperti Sitti Nurbaya yang menikah dengan Datuk Maringgih, buat bayar utang. Tapi pasangan-pasngan yang nggak pernah naksir satu sama lain, ternyata mereka bisa beranak sampai 11 orang, dan punya cucu banyak. Kalau memang sebagian orang menikahkan perempuan hanya semata-mata sebagai obyek seks suami, tapi kalau sampai rela disetubuhi sampai melahirkan belasan anak, berarti dalam pasangan itu sudah terjadi sikap menerima satu sama lain sebagai pasangan hidupnya. Iya kan?

Gw nulis ini, setelah empat hari lalu gw nonton serial Full House bikinan Amrik yang ada Mary Kate Olsen dan Ashley Olsen-nya pas mereka masih umur tiga tahun itu. Masih inget kan, di situ ada pasangan Jesse Cochran (John Stamos, sekarang main di ER) dan Becky Donaldson (Lori Louchin, nggak tahu sekarang jadi apa..). Tiap kali gw nonton film ini, Jesse dan Becky kerjaannya berantem melulu. Lha gimana nggak berantem, Jesse-nya urakan sementara Becky-nya anggun. Kayaknya di dunia nyata nggak mungkin deh mereka bisa pacaran langgeng. Tapi ya kita tahu sendiri kan, pada musim terakhir dari serial ini, Jesse dan Becky kawin dan punya dua anak kembar. Artinya, dua orang yang mungkin secara logika nggak bisa jadi soulmate, barangkali ujung-ujungnya tetap bisa bersama dalam sebuah ikatan pernikahan karena mereka punya true love alias sungguh-sungguh mencintai satu sama lain.

Apakah itu hanya gambaran ideal dari sebuah film fiksi yang sulit terjadi di dunia nyata? Mungkin aja.
Teman gw waktu SMA, pacaran sama teman gw yang satu lagi, selama 10 tahun. Ujung-ujungnya bubar, dan sekarang teman gw jadi istri orang lain. Waktu gw nanya apa alasan teman gw mutusin cowok itu, jawab teman gw simpel aja, “Nyokapnya nggak suka sama gw.”
Yang lebih parah lagi, sepupu gw, pacaran semenjak SMA, lalu menikah setelah mereka lulus kuliah. Anak mereka yang paling besar sudah berumur 10 tahun waktu sepupu gw menggugat cerai setelah ditikungin sama suaminya.

Padahal tadinya gw pikir-pikir, teman gw dan sepupu gw dan masing-masing mantannya, adalah true love. Sepuluh tahun berbagi kasih, ya ampun. Baiklah, mungkin memang katanya Tuhan mereka nggak jodoh. Tapi bagaimana caranya 10 tahun true love itu tidak menjadi soulmate?

Lalu gw mikirin alasan sepupu gw bercerai. Kenapa bisa selingkuh? Kenapa suaminya menemukan kesenangan baru di pelukan wanita lain, yang dia nggak temukan pada sepupu gw? Kalau memang kesenangan itu nggak ada, bukankah seharusnya bisa diciptakan dalam sebuah pernikahan? Apa gunanya pacaran lama semenjak SMA sampai kuliah, kalau begitu?

Lalu untuk teman gw. Apakah betul alasan bubarnya hubungan mereka karena orang tua nggak setuju? Lha yang punya hubungan kan laki-laki dan perempuannya, bukan orang tuanya. Kalau memang nyokapnya nggak suka sama pacarnya, adalah tugasnya si laki-laki mengusahakan supaya si nyokap mau nerima pacarnya coz gimana-gimana juga si cewek itu true love-nya. Bilang dong, “Emak, aku tahu Emak lebih senang kalau aku kencan sama cewek berambut pirang. Tapi bukan salah dia kalau dia berambut ungu.”
Sementara pada saat yang bersamaan kan dia bisa bilang sama pacarnya, “Nanti kalau ke rumah nggak usah sok-sok mbawain alpukat. Emakku lagi diet.”

Pokoknya kalau memang true love itu sungguhan, mbok ya diusahakan supaya hubungan itu jadi langgeng dan tidak berpisah, begitu lho.

Maka gw jadi inget pas minggu lalu gw nguping diskusi teman gw si Ferry di Twitter. Katanya teman gw, “Bini gw mungkin bukan true love gw, tapi dia soulmate gw.”
Soulmate itu, kita mau terima dia apa adanya, untuk hidup bareng kita sampai akhir hayat. Meskipun kalau tidur dia itu ngiler, dia itu ngorok..

Dan konsep menerima seseorang menjadi soulmate itu, yang membuat sebuah hubungan bertahan lama. Berusaha ikhlas berkompromi dengan pasangan yang mungkin nggak sempurna. Memperjuangkan supaya si pacar diterima oleh orang tua. Menikah sampai punya 11 anak. Dan bertahan tanpa berselingkuh dengan orang lain.

Hari ini 14 Februari, alias hari Valentine. Gw sih nggak ikutan eforia Valentine-Valentine-an. Tapi gw menarik amanat penting dari Valentine bahwa kita memang mesti sayang-sayangan, bukan saling sambut dengan sambit. Jadi, marilah kita semua merayakan Valentine, menurut agama dan kepercayaan masing-masing..