Kalau saya nggak lagi
iseng liat orang jualan takoyaki di depan pagernya, saya mungkin nggak akan
ngeh bahwa di balik tukang takoyaki itu ada perpustakaan.
Ini mungkin alternatif
yang menarik buat orang yang kepingin baca buku tapi nggak mau sedia modal
banyak-banyak. Ketika taman bacaan dirasa masih menarik sewa yang cukup tinggi
dan suasana milih-milih buku diusik oleh background musik alay
ke-Melayu-Melayu-an dari playlist komputer operatornya, maka pinjam buku ke
perpustakaan ini mungkin cukup.
Stok buku yang
disediainnya berkisar antara buku tentang ekonomi, manajemen, sejarah. Ya
iyalah, lha pemilik perpustakaannya aja Bank Indonesia. Saya skip aja rak
buku-buku yang buat saya terdengar rumit ini, jadi saya langsung pindah ke rak
favorit saya sepanjang masa: rak buku Resep Masakan!
Okky Listiani, bukan pengunjung yang saya potret semena-mena | . |
Perpustakaan ini juga
cukup homey buat para pecinta fiksi. Saya ketemu novel Gone with the Wind-nya
Margaret Mitchell di sini, dan untuk pertama kalinya dalam seumur hidup saya
baru ngeh kalau Gone with the Wind itu terbit sebanyak tiga edisi (saya baru
baca edisi kedua, dan itu pun belom tamat). Nggak cuman buku lama lho, saya
juga ketemu tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata.
Semua buku dalam keadaan
terawat dengan bagus. Buku bisa dibaca di tempat atau dibawa pulang. Ada ruang
baca a la ruang belajar yang cukup tenang. Dan ada meja khusus naruh buku-buku
yang udah diambil dari rak. Dan saya pun motretin halaman-halaman buku resep
pasta salmon dengan liar.
Di perpustakaan ini juga
ada hall untuk pertemuan diskusi dengan sound-system yang lumayan, dengan
kapasitas ideal di matasaya sekitar 40 orang. Dengan fasilitas tempat parkir
yang cukup buat mobil, kayaknya asyik nih buat menggelar acara jumpa pers, hahahaa..
Terus? Kenapa saya nggak
daftar jadi anggota supaya saya boleh bawa pinjem bukunya ke rumah? Soalnya
yang boleh jadi anggota perpustakaan di kawasan Taman Mayangkara ini adalah
pegawai-pegawai Bank Indonesia atau pensiunnya, fufufufu..