Nggak ngerti konsepnya rada nyeleneh atau apa, tapi ternyata pizza yang selama ini jadi kegemaran orang Indonesia melenceng jauh dari konsep aseli negeri asalnya. Pizza dipopulerin pertama kali bukan di Italia seperti yang selama ini dikira banyak orang. Tepatnya, Italia itu negerinya Menara Pisa, bukan pizza. Pizza sebenarnya diciptakan di Amrik, oleh warga keturunan Italia. Dibikinnya roti, lalu diisi macem-macem topping.
Kemaren, pasca dugem di sebuah restoran di sebuah mal di Sukajadi, Bandung (Iya, mal ini lagi. Setiap kali gw ke mal ini, gw selalu dapet ide buat bikin tulisan. Gw berutang banyak sama mal ini, dan gw berharap mal ini dilindungi Tuhan untuk kurun waktu yang lama. Mengingat pendiriannya nyaris nggak jadi gara-gara sempat diprotes banyak warga lokal lantaran menggusur pemukiman setempat yang sangat padat. Hey, ini mau cerita pizza atau mau cerita mal?), gw mutusin untuk nyatet macam-macam misadopsi pizza di negeri kita:
1. Pizza mestinya dibangun di roti yang tipis, bukan yang tebel. Tapi orang Indonesia suka manyun kalau disodorin yang tipis-tipis, mereka maunya yang tebel-tebel. Prinsipnya, makin tebel rotinya, makin pol kenyangnya. Mungkin karena kalau sudah makan pizza ya nggak makan nasi. Atau masih ada yang pesen pizza sekaligus nasi?
2. Nggak ada itu pizza yang pinggirannya diisi macem-macem, sehingga kalau pinggirannya digigit keluarlah sosis nyembul atau keju yang lumer. Tapi restoran waralaba pizza yang iklannya suka nongol di tivi-tivi itu dengan gagah berani mempromosikan pizza dengan aneka macam pinggiran yang ciamik. Favorit gw jelas keju. Malah lebih sip lagi kalau dicocol ke mayonnaise. Ini makan pizza atau ngerujak?
3. Pizza yang bener ya dimakan pakai tangan, bukan pakai pisau dan garpu. Ini bukan steak! Makanya makan pizza sama sekali nggak cocok buat pasangan-pasangan yang pengen ja-im pada kencan pertama. Ini lebih cocok buat pasangan-pasangan yang senang makan dengan urakan.
4. Merujuk pada alasan nomer tiga, pizza sebaiknya dihidangkan di atas piring, bukan dihidangkan di atas penggorengan yang panas. Pizza disobek pakai tangan, bukan dipindahkan ke piring pakai sutil. Kalau maksa nyobek pizza dari penggorengan di atas meja, itu namanya ngajak luka bakar bareng-bareng, hahaha..
5. Dan akhirnya, penyakit kita semua sama aja: pizza nggak dimakan pakai saos sambel!
Maka, sewaktu sang pelayan datang nganterin pizza-nya ke meja kami kemaren, roti tipis, tanpa pisau, tanpa garpu, tanpa saos sambel, dan hanya sekotak tisu, gw menggumam lirih ke teman gw, “Pizzanya sungguhan.”
Dan gw lupa kapan gw pernah sebahagia itu sebelumnya.
Fotonya dijepret oleh teman gw. Gw terlalu lapar melihatnya sampai tidak bisa berbuat apa-apa.