Monday, January 25, 2010

Syiar Pasangan Anyar


"Nikah kok nggak bilang-bilang?"

SMS itu jatuh ke inbox gw minggu lalu, dari seorang kolega di Jakarta. Bikin gw terpingkal-pingkal sampai sakit perut.

Jadi, pangkal permasalahannya gini. (ceilee..serasa ngurus sengketa tanah)
Isi SMS itu resminya berbunyi gini, "Vic, td wkt gw lg nunggu giliran periksa d SpOG, gw ngeliat ibu hamil mukanya mirip lo. Sumpah mirip bgt, smpe gw brkta dlm ht, 'vicky nkh ga ngasihtau..'"

Sebenarnya batin gw rada tersinggung, soalnya kok bisa-bisanya ada orang yang nyama-nyamain muka sama gw sih. Memangnya beli muka di mana sih, kok bisa sama? Heyy..muka gw ini cuman satu-satunya, nggak ada lho Tuhan nyiptain muka orang lain sama persis dengan muka gw..
*mengerutkan kening, berpikir jangan-jangan pada siang bolong di Pulang Pisau itu nyokap gw memang bukan melahirkan satu anak, tapi dua*

Oke, kenapa gw terpingkal-pingkal? Yah, kolega gw itu cukup kenal gw dengan baik, dia tahu kelakuan gw yang memang selalu bikin kejutan. Termasuk ide nikah nggak bilang-bilang itu mungkin saja jadi ide gw, jadi wajar aja kolega gw langsung mencurigai gw, hahaha.

Setiap anak gadis pasti pernah mengimpikan pernikahan, dan gw juga pernah dong. Cuman, ide khayal gw itu nggak pernah melibatkan "resepsi yang ngundang sampai 2000 undangan". Busso..bejibun amat seh, mosok gw mesti berdiri nyalamin tamu sebanyak itu, bisa pegel punggung gw nanti.
(Tapi mungkin begitu konsekuensinya kalau gw bersedia jadi menantunya presiden, jadi gw harus siap-siap)
*dipelototin my hunk*

Itu masalah teknis. Di lain pihak, sebagai perempuan generasi X yang dibesarkan dengan tontonan film Hollywood, gw pernah terkesan sekali sama beberapa film di mana tokohnya nikah nggak pakai pesta-pestaan.
Di Lois and Clark-nya Teri Hatcher, Lois Lane dan Clark Kent nikah cuman dihadirin bonyok dan adeknya Lois, sementara pendetanya adalah Perry sendiri. (Tahu Perry, kan? Iya, boss-nya Daily Planet itu ternyata pernah ditahbiskan jadi pendeta.)
Di Sex and the City, Carrie Bradshaw akhirnya nikah berdua aja sama Big di Balai Kota New York. Nggak pakai resepsi, tapi mereka traktir-traktir Charlotte dan keluarganya, Miranda dan keluarganya, Samantha, dan Stanford bareng pacar gay-nya, di kedai kopi tempat mereka biasa sarapan.
Ide lebih asyik lagi di film What A Girl Wants. Perdana menteri Inggris-nya yang diperanin oleh Colin Firth akhirnya kawin sama mantan pacarnya secara diam-diam di Maroko, dan mereka naik onta yang buntutnya dipasangin panel bertuliskan "Just Married".

Sebenarnya di dunia nyata kita juga lihat beberapa orang yang kita kenal menikah diam-diam. Cindy Fatika terpaksa nggak bilang-bilang kalau dia sudah menikahi Tengku Firmansyah, coz takut dipecat dari Mustika Ratu yang mengontrak dia sebagai model iklan kosmetik remaja. Pernikahan Armand Maulana dan Dewi Gita baru ketahuan bertahun-tahun kemudian, entah kenapa. Anda pasti bisa nyebutin contoh-contoh lainnya.

Di agama gw, nikah itu yang penting sah kalau ada penghulu, ada saksi minimal dua orang, ada persetujuan dari bokapnya penganten perempuan. Juga ada kepercayaan di suku gw bahwa anak perempuan harus minta restu dulu dari nyokapnya kalau menikah. Lain-lainnya, nggak wajib.

Paling-paling yang ngambek adalah temen-temennya bonyoknya penganten yang merasa nggak diundang. Soalnya merasa nggak diajakin makan-makan, hahaha..

Dewasa ini, kebiasaan ngundang-ngundang pas hajatan nikah itu meluas ke "tahap-tahap lain". Jangankan orang yang nikah, baru tunangan aja udah bikin hajatan meriah. Di kalangan kelas ingusan, anak a-be-geh yang baru "jadian" aja ditodong teman sesekolahannya buat ditraktir makan bakso.

Intinya sama aja, kita menikah, atau tunangan, atau baru pacaran, nampaknya "dituntut" kudu bilang-bilang. Gw pikir, haruskah?

Mungkin ada benarnya. Ada semacam konsensus nggak tertulis di kalangan pemuka agama gw, bahwa nikah itu sebaiknya diumumin ke orang banyak. Alasannya, biar nggak jadi fitnah. Misalnya, laki-laki dan perempuan digosipin kumpul kebo coz mendadak mereka tinggal serumah, padahal mereka memang udah legal sebagai suami-istri.

Termasuk berdiri berjam-jam nyalamin 2000 tamu undangan?

Salaman = ucapan selamat. Dalam ucapan selamat berarti ada doa. Ada restu. Artinya ada semacam pengakuan kedaulatan dari orang lain atas hubungan baru mereka sebagai suami-istri.

Dan tidak ada yang lebih membanggakan, selain dari kenyataan bahwa kedaulatan kita sebagai "new couple" dapet pengakuan dari orang lain, kan? Kedaulatan itu tidak akan bisa diberikan secara resmi, kalau pasangan baru itu hanya menikah diam-diam saja di atas onta.

Pengen difoto sama Jim Liaw, seperti karyanya di atas.. Gaunnya bisa buat nyapu lantai.