Friday, January 1, 2010

Penonton Spongebob Tidak Melayat

Kalau boleh, gw kepingin bikin survey aneh tapi nyata, judulnya sederhana aja, “Ada di mana Anda waktu Gus Dur meninggal?”

Beberapa saat setelah gw dikabarin teman via internet bahwa Gus Dur meninggal Rabu lalu jam 18.45, keluarga gw di rumah nyalain tivi supaya kita bisa “bergabung” dengan para pelayat di Rumah Sakit Ciptom Mangunkusumo, Jakarta. Gw menguap kuat-kuat nonton reportase yang membosankan itu, coz gw tahu, jenazah Gus Dur tidak akan nampak sampai dua jam kemudian. (Soalnya sudah protokol di rumah sakit mana-mana, seorang pasien yang dinyatakan meninggal di situ harus tinggal dulu sampai dua jam pasca jam kematian, setelah itu baru boleh dibawa pulang oleh keluarganya.)

Tapi tetap aja gw nonton acara reportase itu, coz gw tertarik menganalisa kelakuan orang-orang yang kena syuting kamera. Luar biasa, kameramennya cuman nyuting dari satu sudut doang, tapi begitu banyak kelakuan manusia yang diekspos dan semuanya lucu-lucu. Ada keluarga pasien yang nampaknya lagi nunggu di ruang tunggu, mereka sadar disyuting kamera, dan mereka malah sibuk HP-an. (Mungkin ng-SMS keluarganya bilang bahwa mereka lagi masuk siaran langsung tivi!) Ada dokter yang keluar dari bangunan rumah sakit sambil senyum-senyum, kalau dilihat dari cara jalannya ini kayaknya murid sekolah spesialisasi yang baru selesai shift kerja. (Ngapain coba residen keluar via pintu yang banyak kamera tivinya, padahal mereka biasa keluar via pintu lain yang lebih privat?) Ada petugas cleaning service yang tiap lima menit bolak-balik lewat sambil ngepel. (Makin sering disyuting, nggosok pelnya makin kenceng. Nampak rajin!)

Lalu, di tengahnya gw lagi nonton reportase di ruang tengah rumah itu, tiba-tiba gw denger suara setan menjerit! Hah?? Gw bangun dan ke ruang makan di mana asisten pribadi keluarga gw lagi nonton tivi, dan terkejut. Sang asisten lagi nonton sinetron dedemit.

OMG! Mantan presiden Negara ini meninggal dan sebuah stasiun tivi malah nyalain sinetron dedemit??

Lalu gw ambil remote control dan menginspeksi setiap saluran. Ternyata, pas hampir jam 8 malam itu, hanya ada tiga saluran tivi yang bikin siaran langsung pelayatan Gus Dur dari RSCM, yaitu TV One, Metro TV, maaf satunya lagi gw lupa. Sisanya? Ada yang nyiarin Spiderman. Ada yang nyiarin sinetron dedemit. Ada yang nyiarin sinetron mewek. Lainnya iklan, iklan, iklan, dan iklan.


Kemaren, jam 7 pagi, gw nyalain tivi lagi, nonton siaran langsung dari rumah Gus Dur di Ciganjur, waktu Gus Dur mau diangkat ke dalam mobil jenazah yang mau bawa almarhum ke Bandara Halim. Sekali lagi, gw ngecek tiap tivi, dan ngitung berapa banyak saluran tivi yang nyiarin pemberangkatan Gus Dur. Ternyata cuman dikit juga yang nyiarin, sisanya malah sibuk bekutetan memutar Spongebob, Doraemon, dan acara anak-anak yang lainnya, dan bahkan infotainment. Ck ck ck.


Sori dori mori, tapi nampaknya buat sebagian orang, mungkin berita artis masih lebih penting ketimbang nonton pelayatan seorang mantan presiden. Mungkin acara kartun buat anak-anak balita masih jauh lebih penting buat diputer jam 7 pagi, karena anak-anak balita masih terlalu kecil buat dikasih tahu bahwa di Indonesia ini pernah punya pemimpin bernama Gus Dur. Dan mungkin para pecinta sinetron lebih mementingkan nonton sinetron dedemit dan sinetron mewek ketimbang nonton siaran langsung dari rumah sakit. Atau orang-orang ini tetap bekutetan muterin program regular lantaran sudah janjian sama para pemasang iklan.


Atau mungkin, cuman gw yang menganggap penting nonton pelayatan Gus Dur, sedangkan orang lain beranggapan bahwa pelayatan itu nggak penting-penting amat?


Memang sekarang udah nggak seperti jaman dulu lagi, di mana setiap saluran tivi diperintahkan buat mengutamakan siaran langsung acara presiden di atas acara apapun. Tapi ini bukan masalah prioritas tayangan tivi disetir oleh penguasa atau tidak. Ini masalah tanggung jawab media televisi buat mendidik kepada masyarakat, mana informasi yang penting untuk diketahui saat itu juga, dan mana informasi yang bisa diprioritaskan belakangan.


Gw nulis ini bukan berarti gw penggemar Gus Dur. Tetapi kepedulian terhadap seorang pemimpin bangsa akan menuntun sikap menuju kepedulian terhadap bangsa itu juga. Dan kalau kita nggak peduli-peduli amat sama bangsa kita sendiri, barangkali kita juga nggak peduli-peduli amat terhadap identitas diri kita sendiri.


Kecuali, kalau identitas kita itu bernama Spiderman, Spongebob, dedemit, dan infotainment.


Foto di atas karya Widodo Jusuf.