Tuesday, April 13, 2010

Adakah Kompensasi?


Seseorang ditangkap di bandara kemaren. Dos-q ceritanya lagi mau boarding naik pesawat ke Singapura. Pas lagi ke toilet di pintu keberangkatan, tau-tau segerombolan polisi dateng dan minta orang ini ikut dengan mereka. Entah ini judulnya penangkapan atau penjemputan paksa, tapi yang jelas orang ini ditahan polisi.

Situasinya, orang ini sedang tidak berencana ngobrol-ngobrol sama polisi. Dia lagi mau naik pesawat ke Sinx, dalam rangka mau berobat ke Sinx (nggak tau dos-q sakit apa). Tapi gara-gara ditahan polisi ini, intinya orang ini nggak jadi terbang naik pesawat. Padahal, gw yakin, orang ini udah kadung mbayar tiket pesawat.

Yang jadi pikiran gw, itu polisi yang nangkepnya mau ngganti biaya tiket pesawatnya, nggak?

Ini yang bikin orang-orang males berurusan sama polisi. Bukannya mau menghalang-halangi penyelidikan ya, tapi kan kadang-kadang penahanan oleh polisi ini bisa menimbulkan masalah yang cukup merugikan orang lain.

Gw ingat cerita tentang seorang kolega gw sekitar 20 tahunan lalu. Jadi ceritanya, di sebuah ICU rumah sakit itu ada tim dokter yang mesti giliran jaga tiap malem. Sebutlah dalam satu tim itu ada empat orang. Yang bertugas jaga tiap malam ada satu orang, jadi tiap orang digilir jaga ICU tiap malam.

Nah, tersebutlah kolega gw yang merupakan salah satu dari tim itu, namanya dr X. Suatu malam datang seorang pasien ke ruang praktek dr X, minta surat keterangan sakit. Oleh dr X dikasih suratnya, lalu pasien itu pulang.

Besoknya, dateng polisi njemput dr X buat dimintain keterangan. Ternyata "pasien" yang kemaren itu mestinya jadi saksi buat suatu perkara, tapi dos-q pura-pura sakit dengan surat keterangan yang dibikinin dr X. Jadilah dr X kerepotan lantaran mesti bersaksi ini-itu di kantor polisi, lantaran dianggap membantu seorang saksi melarikan diri.

Pasalnya, dr X ini bertanggungjawab mengawasi pasien-pasien di rumah sakit. Akibat kudu dipanggil polisi, kolega-kolega dr X di rumah sakit jadi mesti berjibaku menangani tanggung jawab yang ditinggalin dr X. Padahal timnya kan cuman empat orang, dan tiap orang udah punya jadwal sendiri yang sangat padat. Di sini kita lihat bagaimana pemanggilan seseorang oleh kepolisian bisa merepotkan banyak orang yang nggak bersangkutpaut. Nggak heran orang males berurusan sama hukum coz mereka nggak kepingin meninggalkan tanggung jawab yang sangat hectic.

Anggap saja orang yang kemaren ditangkep di bandara itu ternyata memang nggak bersalah, lalu dibebaskan. Tapi kan tiket udah kadung dibayar dan hangus. Apakah polisi mau ngganti tiket yang hangus gara-gara sang tertangkap itu disuruh ikut polisi?

Polisi boleh-boleh aja manggil dr X buat jadi saksi. Tapi apakah polisi bisa cari dokter pengganti untuk pasien-pasien kritisnya dr X yang mestinya nggak boleh ditinggal-tinggal?

Supaya polisi tuh nggak "ngambil" orang begitu aja, tapi juga memperhitungkan dampak-dampak kerugian yang terjadi akibat "pengambilan" itu. Calon penumpang yang ditangkap, resikonya tiket hangus. Dokter ICU dijemput, resikonya jadwal jaga acak-acakan. Ibu rumah tangga ditangkap, resikonya nggak ada yang jagain anaknya. Penjaga kebon binatang diambil, resikonya nggak ada yang ngasih makan gajah-gajah. Anda pasti bisa menambah panjang daftar ini.

Bisakah polisi kasih kompensasi?

Catetan: Setelah nonton penangkapan di bandara kemaren, gw jadi rada jiper kalau mau ke toilet umum sendirian. Bisa-bisa gw dijemput polisi kalau lagi mau pipis, dan disuruh ikut tanpa menyelesaikan pipis gw. Kalau gw sampek nggak bisa nahan pipis di mobil polisi, apa polisinya sanggup kasih kompensasi?