Saturday, April 24, 2010

Kapan Nyusul?


Iklan tivi yang pernah jadi favorit gw belum lama ini adalah iklan KB. Bukan karena gw punya passion yang tinggi terhadap upaya perencanaan kehamilan, tetapi lantaran di iklan itu sedikitnya tiga kali diumbar kata "kapan".

Masih inget kan kalimat yang diucapin emak-emak bawel itu?
"Kapan kalian nikah?"
"Kapan kalian punya anak?"
"Kapan ya kamu punya adik?"

Harus gw garisbawahi bahwa orang yang senang bertanya kapan adalah jenis orang yang nggak tahu sopan-santun.

:D

Alasan kuat kenapa gw akhir-akhir ini males kongkow-kongkow kalau bukan buat urusan profesional adalah lantaran gw benci mendapat pertanyaan "kapan". Apalagi kalau yang nanya itu orangnya sudah kawin. Nggak yang umurnya sepantaran gw atau yang sepantaran bonyok gw, sama menyebalkannya.

"Kapan nikah, Vic?"
Gw selalu jawab, "Nggak tau."
Biasanya nanti ada pertanyaan susulan, "Lho, cepetan dong. Tuh si A bulan depan mau nikah di Hotel X dan si B malah udah hamil. Kamu kapan nyusul?"
Gw selalu mendelik tajam. "Ya nggak tau!"

Soalnya, gw juga nggak tahu kapan persisnya mau nikah. Gw masih menikmati enaknya punya pacar, tapi gw belum merasa sanggup bertanggungjawab terhadap keluarga. Jadi langkah besar itu belum siap buat gw ambil. Tapi di sekitar kita selalu ada aja orang-orang sotoy yang bolak-balik nanyain kapan kita mau nikah.

Lucunya, kalau gw jawab, "Gw nikah besok! Puas??" mereka pasti panik.
"What?!" jeritnya. "Perut gw lagi berlemak gini, kebayanya nggak cukup!"

Soalnya, kalau ada orang nikah, tamu yang perempuan pasti ribut cari kostum. Kebayanya harus pas, jadi perempuan pasti diet setengah mati beberapa minggu sebelum ke kondangan, supaya kebayanya cukup. Ngerti kan sekarang kenapa orang selalu ribut nanya "kapan"?

Itu sebabnya gw kepingin pernikahan pakai baju renang aja. Supaya tamunya nggak usah ribut diet demi pakai kebaya. Pakai baju renang aja, semua beres!

*pentung-pentung*

Gw sendiri kesiyan sama para teman yang udah nikah tapi belum dapet anak juga. Kadang-kadang dunia begitu kejam; orang udah disuruh kawin cepet-cepet, masih disuruh hamil cepet-cepet pula. Hidup ini seperti olimpiade atletik, siapa yang cepet maka dia yang nampak keren.

Bukankah punya anak itu terserah Tuhan? Kalau belum diijinin ya mau nikah sembilan tahun pun nggak akan hamil juga. Makanya janganlah para istri yang belum hamil itu ditanyain, "Kapan mau punya bayi?"
Itu omongan nggak etis. Memangnya kalau nggak lagi bikin bayi, suami-istri itu ngapain sih di kamar setiap malem? Latihan topeng monyet?

Demikian sebabnya gw lebih suka ngumpul sama teman-teman yang lajang ketimbang sama yang udah punya suami. Teman-teman lajang nggak akan pernah nanya, "Kapan mau kawin, Vic?" coz pasti gw akan jawab, "Nunggu elu kawin duluan." Dan mereka akan balik nimpal, "Justru gw nungguin lu kasih contoh, Vic!" Begitu terus, nggak selesai-selesai.

Akhirnya dalam sebuah pernikahan, gw pun mutusin buat nggak deket-deket sama gerombolan "istri-istri baru kemaren sore" yang gemar bertanya "Kapan nyusul?". Gw ngantre salaman di belakang segerombolan suami-istri lansia yang kira-kira sepantaran budhe gw. Ternyata obrolan orang-orang beruban dan botak ini jauh lebih menarik.

"Eh, si A kemaren masuk Harapan Kita kena serangan jantung."
"Oh iya ya, si B juga minggu lalu masuk ICU gara-gara stroke."
"Wah, sampeyan ketinggalan berita. Si B udah pindah ke Tanah Kusir. Dimakaminnya langsung sesudah solat Jumat tadi."
"Oh yah? Kesiyan!"

Gw masang kuping dengan teliti. Kok nggak ada sih yang nanya, "Kapan nyusul??"

Maka tips penting buat para lajang yang kayak gw, yang empet ditanya-tanyain sama geng kaset rusak berbunyi "kapan nyusul", coba sesekali nongkrong sama orang-orang tua yang gemar ngomongin orang penyakitan. Lebih bagus lagi kalau yang diomongin itu sakitnya udah parah dan terancam mau meninggal. Mari kita nunggu siapa yang berani duluan bertanya, "Kapan nyusul?"