Gw ngambil foto ini waktu nonton simposium dokter dua minggu lalu. Narasumbernya ngoceh di depan sambil presentasi pakai Power Point selama 20-30 menit, sementara penontonnya duduk berjejer menyimak. 5-10 menit, gw melirik-lirik penonton sekitar. Ada yang masih semangat ngeliatin orasi. Ada yang sedikit-sedikit menguap. Ada yang asyik fesbukan di HP-nya. Dan ada yang jelalatan sambil nulis blog (yang ini sih gw..)
Penonton di foto ini adalah seorang dokter senior yang tadinya gw kirain adalah fotografer yang menyamar. Tapi gw perhatiin nampaknya dos-q ini fotografer yang masih amatiran, soalnya tiap kali ngejepret, shutter sound kameranya nggak pernah dimatiin (padahal kan lagi simposium lho). Lalu ternyata dos-q ngejepret tiap kali narasumbernya ganti slide. Eyalaa..ternyata dos-q berusaha mereproduksi presentasinya si narasumber dengan cara memotret layar in focus.
Sang dokter senior lama-lama sadar gw ngeliatin dos-q, terus dos-q nyengir.
Seorang kolega gw yang lebih junior dari gw bilang, "Kan nanti ada CD-nya, Doc?” (maksudnya seluruh presentasi symposium itu udah dipak dalam bentuk CD yang dibagiin gratis ke semua peserta. Jadi peserta symposium nggak usah repot-repot nyatetin isi orasi.)
Lalu gw berbisik pada si junior fresh-graduated itu, “Kadang-kadang CD-nya suka nggak lengkap.”
Dan sang dokter senior fotografer itu menimpal, “Betul. CD-nya suka bo’ong.”
Maksudnya, kadang-kadang pada H-1 simposium, narasumber udah kasih presentasinya ke panitia dalam bentuk file, supaya pada hari H panitia bisa bagikan kopian file itu ke seluruh peserta. Tapi rupanya kadang-kadang narasumber menambahkan beberapa slide lagi untuk presentasinya, tanpa sepengetahuan panitianya. Akibatnya peserta tidak mendapatkan salinan presentasi itu secara utuh, kecuali jika mereka memperhatikan presentasi narasumbernya dengan benar.
Sayangnya tidak semua orang tahan untuk memperhatikan orang bicara terlalu lama, apalagi kalau isi orasi ilmiahnya membosankan. Untuk bertahan menyimak orasi tanpa godaan ngantuk, beberapa orang punya solusi sendiri-sendiri. Menyalinnya mentah-mentah ke buku tulis. Merekam pakai tape recorder. Atau seperti kolega senior gw ini: memotret setiap slide.
Gw bukan tipe pendengar orasi yang baik. Jadi kalau ada orang ngomong di depan gw, gw akan dengerin dia sambil nyatet poin-poin yang menarik di notes. Itu sebabnya di tas gw selalu ada bolpen. Paling gw protes ke panitia simposiumnya kalau pesertanya nggak dikasih notes buat corat-coret.
Tape recorder nggak berhasil buat gw. Jarak tape dengan mike-nya narasumber terlalu jauh buat nangkep suara.
Kamera juga nggak berhasil buat gw. Soalnya tiap kali gw pegang kamera, pasti gw lebih banyak motret diri sendiri ketimbang motret presentasinya, hehehe.
Anda gimana? Apa cara paling efektif buat merekam suatu kuliah?
Tuesday, April 27, 2010
Paparazzi Kuliah
Untuk orang-orang yang bukan tipe pendengar yang baik, mungkin cara begini boleh ditiru. Yang kita butuhkan hanya kamera, bangku paling depan, dan kulit muka yang sedikit tebal.