Saturday, May 16, 2009

Analisa Kecebong


Masyarakat kita sering mengagung-agungkan prinsip bahwa kalo mau pilih calon buat dinikahi itu kudu diliat bibit, bebet, dan bobotnya, supaya nanti keluarga yang timbul juga bener. Tapi dalam kenyataannya prinsip itu susah banget kalo mau diaplikasikan sungguh-sungguh.

Contohnya, berapa pasangan yang Anda kenal yang melakukan konseling pre-marital sebelum menikah?

Minggu ini gw diceritain seorang teman yang habis konseling pre-marital. Ini rada telat, soalnya konselingnya justru terjadi setelah dia menikah. Dimulai dari kecurigaannya kenapa dia belum hamil juga.

Menurut bahan kuliah gw, 90% pasangan yang campur dengan teratur tanpa alat KB akan hamil dalam tempo setahun, dengan syarat mereka sehat wal afiat. Didorong rasa iri liat orang beranak, belum lagi dorongan orang-orang yang bolak-balik usil nanya, "Ayo dong, kapan punya momongan?", sang istri pun mutusin buat tes kesuburan ke seorang dokter kandungan. Dia yakin dirinya yang "nggak beres", coz suaminya sendiri udah dites sperma dua kali berturut-turut dan hasilnya normal.

Ternyata sang dokter minta suaminya dicek ulang, jangan cuman istrinya doang. Kan yang bikin anak itu nggak cuma istri, coz suami juga ikut andil.

Kalo istri dicek hormon, maka suami dicek spermanya. Ini sebenarnya menyenangkan, suami cukup masuk kamar kecil sendirian, lalu keluarin air maninya. Untuk membantu, klinik sudah nyediain setumpuk majalah porno. (Tuh kan, itu sebabnya gw nggak setuju Playboy dilarang masuk Indonesia!) Tapi boleh juga suami bawa partner seksnya sendiri (asalkan istrinya beneran lho ya, bukan istri sewaan!) untuk membantu mempercepat proses pengeluaran mani.

Teman gw dan suaminya ini melakukannya. Hasil pemeriksaannya cepet, cukup setengah jam doang udah dapet. Lalu analisanya tinggal didiskusikan dengan dokter.

Ternyata..ooh ooh gotcha. Kecebongnya si suami nggak ada kepalanya.

Sodara-sodara Jemaah, kalo Anda masih inget segelintir pelajaran biologi jaman SMA dulu, Anda tentu tau bahwa pria memproduksi sperma buat membuahi telur wanita. Sperma yang valid harus punya kepala, ekor, dan jalannya nggak boleh lelet. Tanpa syarat ini dipenuhi, mustahil dia bisa membuahi telur dengan baik dan benar.

Kenapa gw sebut membuahi "dengan baik dan benar"? Soalnya ada aja sperma yang nggak valid, tapi masih bisa membuahi telur. Sialnya, karena bahan bakunya nggak bagus, maka produknya juga nggak bagus. Produk alias janin yang nggak bagus itu antara lain:

1. Janin kembar. Buat orang tua ini menyenangkan, tapi buat dokter ini masalah besar. Soalnya bayi kembar biasanya bobotnya kecil-kecil. Bayi yang lahir dengan berat di bawah 2 kg biasanya perlu ekstra merawat coz lebih gampang sakit.

2. Janin nggak kuat. Yang ini nggak akan tahan lama. Paling banter sampai hamil empat bulan aja, setelah itu gugur.

3. Janin lahir selamat, tapi ada kelainan. Ada yang kupingnya cuman lobang tanpa daun, ada yang nangisnya kayak kucing. Ada yang tumbuh jadi cacat mental. Anak-anak yang autis, atau ngidap ADHD, termasuk di sini.

Pada dasarnya manusia normal diciptakan dengan 23 pasang kromosom, yang laki punya struktur XY, yang perempuan berstruktur XX. Tapi janin-janin yang nggak normal punya kromosom lain, bisa 22, 18, 16, ada yang XXY, ada yang cuma X doang. Janin-janin inilah yang disebut cacat, dan sebagian besar penyebabnya datang dari telur ibunya yang nggak beres atau sperma bapaknya yang nggak valid, seperti kasus temen gw di atas.

Maka bisa kita mengerti, bahwa Tuhan bekerja dengan mekanisme-Nya sendiri yang kadang-kadang tidak kita pahami. Itulah sebabnya ada orang yang sebaiknya jangan menikah dulu. Atau jangan hamil dulu. Karena Tuhan tau kondisi masing-masing akan kesehatan kelamin setiap manusia ciptaan-Nya, dan Dia nggak mau ada musibah timbul hanya gara-gara manusia-Nya itu hamil atau sekedar hidup berpasangan. Bahkan saat Dia membiarkan sepasang suami-istri melahirkan bayi cacat pun, Dia memaksudkannya sebagai bahan pelajaran untuk orang lain. Contoh kecilnya adalah kisah Diet yang gw ceritain dalam postingan gw "Blogger Bukan Autis" dua minggu lalu.

Janin-janin yang gw sebut nggak beres di atas, hanyalah istilah gw menuruti kuliah kedokteran bikinan manusia. Tuhan lebih tau, apakah janin tersebut akan tetap invalid atau malah berkembang jadi manusia yang bagus. Tapi mestinya kita bisa lebih bijak untuk mencegah hal-hal yang nggak diinginkan. Kalo tau kecebong kekasih kita emang lagi nggak beres, setidaknya kita bisa tunda kehamilan dulu, kan?

Pada akhirnya, konseling pre-marital umumnya tidak bermaksud membatalkan rencana pernikahan seseorang. Gw sendiri pernah nyaksiin seorang cowok tetap menikahi pacarnya padahal analisa konseling pre-marital nunjukin si cewek ngidap kanker ovarium. Si cewek meninggal. Tapi cowoknya nggak nyesal.

Kalo sudah cinta, peduli amat sama hasil konseling pre-marital. Tapi kalo hasil konseling memudarkan cinta, berarti emang nggak jodoh.

Jadi, berani nggak periksa kecebong Anda?