Friday, May 8, 2009

"I Do" ?


"XY, bersediakah Anda menerima wanita ini menjadi istri Anda, serta setia kepadanya dalam keadaan senang, sakit, sedih, dan susah?"
Biasanya penganten lakinya bakalan jawab, "Saya bersedia."
"XX, bersediakah Anda menerima pria ini menjadi suami Anda, serta setia kepadanya dalam keadaan senang, sakit, sedih, dan susah?"
Tanpa nunggu jawaban pengantin ceweknya, biasanya dengan senang hati gw keburu jawab, "I do."

Gw benci dengan segala sesuatu yang berbau mehek-mehek, tapi ajaibnya gw paling demen nonton film tentang pernikahan. Gw mungkin selalu ketiduran nonton film drama, tapi gw nggak pernah absen nonton adegan pengucapan sumpah perkawinan. Gw bahkan hapal sekali teksnya; ada beberapa macam variasi, tapi intinya sama: setia dalam segala keadaan, senang, sakit, sedih, susah.

Maka gw belajar semenjak kecil bahwa istri harus setia kepada suaminya, suami nggak boleh ninggalin istrinya. Karena mereka sudah bersumpah kepada Tuhan bahwa mereka akan selalu setia, dan apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak boleh dicerai-beraikan.

Memang, mereka sudah bilang "I do". Tapi kenyataannya, apakah sepanjang perkawinan itu mereka betul-betul bilang "I do"?

Coba ditelaah satu per satu kalimat setia itu.

1. Setia dalam keadaan senang.

Ini gampang. Semua istri juga bisa. Duit cukup, perut kenyang, anak sehat, suami seksi setiap saat. Dijamin istri pasti setia.

2. Setia dalam keadaan sakit.

Ini agak sulit. Tergantung, sakit apa? Sering gw punya pasien sakit jantung atau stroke sampai koma, dan istrinya duduk setia di samping kasurnya sembari baca yasin atau hanya sekedar mengelap kening suaminya yang keringetan. Padahal gw tau sebentar lagi malaikat maut akan datang menagih janji. Betul-betul istri yang hebat, masih setia merawat suaminya padahal suaminya nggak pernah panggil namanya lagi.

Gw kadang bertanya gimana kalo suaminya koma karena penyakit kelamin? Jangan salah, sifilis juga bisa merusak jantung lho. Kalo suaminya kena sifilis jantung gara-gara pernah jajan, akankah istrinya tetap di sampingnya membaca yasin?

3. Setia dalam keadaan sedih.
John Kennedy pernah santer pacaran sama Marilyn Monroe selama dirinya jadi presiden Amerika Serikat. Padahal dia udah punya istri, Jacqueline Bouvier yang cantik banget. Jackie begitu sedihnya sampai keguguran gara-gara ulah John yang playboy itu.

Tahun '63, di tengah pawai di Dallas, mendadak John ditembak dan langsung mati di tempat. Jackie merunduk dan memeluk John erat. Beberapa jam kemudian, dengan baju yang masih bersimbah darah John, Jackie berdiri di sebelah Wapres Lyndon Johnson, sementara Lyndon disumpah sebagai presiden pengganti. Dan sampai John dimasukin ke kuburannya, Jackie nggak nangis sama sekali. Padahal nggak ada yang bikin hati seorang istri sedih selain menyaksikan suaminya mati.

4. Setia dalam keadaan susah.
Suami dituduh selingkuh, dan semua orang ngegunjinginnya coz suaminya orang terkenal. Belum cukup, suaminya ditahan polisi coz dituduh membunuh dan sekarang terancam dihukum mati.

Gw ingin mengapresiasi tindakan Ida Laksmiwati yang tetap setia ngunjungin suaminya, pejabat KPK bernama AA yang sekarang ditahan di Polda Metro Jaya. Dia yang tetap bersikukuh bilang suaminya nggak membunuh, mau repot bawain suaminya kipas angin di sel, dan percaya bahwa suaminya nggak pernah nikung dengan caddy bernama Rani Juliani. Cuma istri hebat yang bisa kayak gitu. Kalo pun AA nantinya emang terbukti bersalah, AA tetap menang, setidaknya memenangkan perkawinannya karena dia nggak pernah ditinggalin Ida dalam keadaan sakit, sedih, atau susah.

Istri para pasien koma, istrinya John Kennedy, dan istrinya AA adalah contoh nyata bahwa mereka memang mengucapkan "I do" dengan sungguh-sungguh. Suami-suami mereka harus banyak tobat karena masih memiliki perempuan macam mereka sebagai istri.

Sanggupkah gw seperti itu? Setia kepada suami dalam keadaan senang, sakit, sedih, dan susah?

Gw nggak tau. Mendadak gw sadar bahwa gw nggak bisa janji sembarangan. Gw nggak bisa menyumpahkan "I do" kepada Tuhan untuk menginvestasikan diri gw dalam sembarang perkawinan tanpa syarat. Gw mungkin akan bilang "I do" di hari pernikahan gw. Tapi gimana kalo suami itu kena sifilis, masuk bui, atau meniduri perempuan bohay, masihkah gw tetap bilang "I do" dan rela untuk berkorban perasaan? Bukankah sumpah kepada Tuhan tidak boleh dicabut? Tuhan nggak pernah nyabut sumpah-Nya kepada kita, kenapa kita cabut sumpah kita kepada-Nya?

Katanya Nick, Drew, Justin, dan Jeff, di lagu favorit gw:
"I do, cherish you,
for the rest of my life, you don't have to think twice,
I will love you still,
from the depth of my soul, it's beyond my control,
I've waited so long, to say this to you,
if you ask me, do I love you this much?
Yes, I do.."