Saturday, May 2, 2009

Berapa Hargamu?


Ada apa? Kenapa gw tanya-tanya harga Anda? Emangnya gw mau beli Anda? Emangnya gw mau nawar Anda? Emangnya Anda siapa bisa ditawar-tawar?

Media akhir-akhir ini rame dengan pemberitaan Manohara Pinot yang katanya sering disilet-silet suaminya yang pangeran Kelantan. Terus terang aja, tadinya gw nggak tertarik dengan berita ini, coz gw sangka ini cuma gosip tentang "satu lagi seleb bego yang kawin sama cowok idung belang". Gw nggak tau siapa itu Manohara, gw nggak tertarik dengan model manapun kecuali kalo dia bisa nge-blog. Gw nggak tau Kelantan itu kerajaan, gw kirain Kelantan itu negara bagian. Tapi keseringan baca koran lama-lama bikin gw apal juga, dan menghenyakkan gw sesuatu, kenapa Manohara nggak bisa membebaskan diri aja? Apa dia senang punya suami yang gemar main silet?

Lalu masalah-masalah lainnya bermunculan. Pernikahan Manohara sah secara hukum Malaysia, jadi nggak bisa digugat oleh pengacara Indonesia. Keluarga Manohara kan dari awal sudah restuin Manohara kawin sama si Kelantan itu, jadi rada aneh kalo sekarang keluarganya mengamuk sama si mantu. Entahlah, gw angkat tangan dan nggak bisa nawarin solusi. Tapi tetap ada tanda tanya besar di sini. Berapa sih harga diri Manohara, keluarganya Manohara, dan akhirnya bangsa Indonesia, sampai-sampai Manohara bisa disia-siakan di Kelantan yang kerajaannya bahkan nggak dikenal di buku teks anak sekolah Indonesia?

Masalah Manohara sebenarnya mirip dengan masalah TKI di Malaysia yang carut-marut. Bedanya kalo kita sudah muak dengan masalah para asisten pribadi alias bedinde yang kebanyakan dipentungin, kali ini kita digugah oleh seorang mantan model Harper's Bazaar turunan Bugis (eh Bugis gitu ya? Lupa gw) yang kebanyakan disilet. Geleng-geleng kepala kita liat Kepolisian Indonesia nggak bisa melindungi warga Indonesia yang dicelakain di Malaysia. Oh ya, apakah Manohara masih warga negara Indonesia? Bukankah perempuan kita yang menikah dengan warga asing, secara otomatis pindah kewarganegaraan jadi ikut negara suaminya?

Secara logis, dari awal nyokapnya Manohara udah liat ada yang aneh dari si Kelantan itu, bahkan semenjak awal pernikahan. Keluarga Manohara diundang ke Kuantan waktu Manohara dan si pangeran masih pacaran. Disuguhin makanan enak, suvenir ini-itu, dan sekonyong-konyong mereka dinyatakan sebagai suami-istri. Padahal hukum Islam bilang, pernikahan disebut sah kalo ada restu dari ayah kandung mempelai perempuan. Apakah keluarga Manohara diperdaya sampai dibikin "tak sengaja" bilang ijab kabul dengan bahasa Kelantan?

Kedua, bertahun-tahun kemudian, Manohara udah ngeluh ke nyokapnya bahwa dia sering disiksa. Nyokapnya udah mau mulangin Manohara, tapi dicekal nggak boleh masuk Malaysia. Pertanyaannya, ada salah apa ibu warga negara Indonesia sampai nggak boleh ketemu anak kandungnya sendiri di Malaysia?

Ketiga, nyokapnya Manohara melunak setelah keluarga kerajaan Kelantan mengajak Manohara dan keluarganya umroh. Pertanyaannya, apakah melukai anak orang bisa dimaafkan begitu saja dengan ngajakin keluarga anak itu umroh bareng?

Mungkin suaminya Manohara yang salah. Mungkin Manohara yang salah. Mungkin keluarga Kelantan yang salah. Mungkin keluarganya Manohara yang salah. Mungkin petugas imigrasi Malaysia yang salah. Mungkin pemerintah Indonesia yang salah. Kalo dirunut-runut, masalahnya nggak akan pernah selesai.

Gimana dengan Anda? Berapa harga mas kawin yang kudu gw bayar supaya gw bisa ngawinin Anda dan akhirnya bisa nyilet-nyilet dada Anda? Berapa kali gw kudu bayarin keluarga Anda umrah supaya gw bisa terus jadi mantu Anda? Berapa yang harus gw bayar supaya Anda nggak usah deket-deket sama anak Anda yang udah gw kawinin?

Semua pertanyaan itu berpulang kepada harga diri kita. Seberapa jauh kita menghargai diri kita, anak kita, warga negara kita. Kalo kita tau seberapa mahalnya harga diri kita ini, nggak akan pernah kita sengsara lantaran disakiti orang lain.

Tiru ibu-ibu negara Filipina yang sampai ke Bandara Aquino Manila lantaran rela jemput para bedinde yang disuruh pulang gara-gara dipukulin majikan Singapura. Tiru Obama yang sampai ngeluarin surat khusus buat bikin operasi pembebasan kapten kapal USA yang disandera di Somalia. Tiru bokapnya sahabat gw yang nekad gugat cerai ke besannya gara-gara sobat gw itu diselingkuhin suaminya.

Waktu wartawan Meutia Hafidz disandera pemberontak di Timur Tengah dulu, Deplu sampai turun tangan minta diplomatnya di sana-sini buat bebasin Meutia. Kenapa Manohara nggak bisa diperjuangin? Kan sama-sama disakitin? Apakah karena Meutia dilindungi asosiasi pers internasional sedangkan Manohara hanya seorang (mantan) model?

Postingan ini untuk Manohara, dan untuk semua perempuan yang disiksa habis-habisan oleh kekasih dan bossnya dengan mengatasnamakan duit. Tak ada yang bisa bebasin kalian selain diri kalian sendiri. Kita nggak bisa dibeli! Harga kalian semua mahal, Ladies! Jangan mau diinjak-injak! Jadi berdoalah, berpikirlah, dan yang lebih penting lagi.. bertindaklah!