Gw punya sedikit ide gila, menggelikan, tapi kayaknya seru juga. Kan udah pada tau ya, minggu lalu para suami di Kenya dibikin kelimpungan gara-gara istri-istri mereka pada demo mogok campur selama seminggu. Demo ini dikaptenin oleh Organisasi Pengembangan Wanita (iya gitu terjemahannya? Orang aselinya namanya Woman's Development Organization) di Kenya, dengan tujuan nuntut pemerintah Kenya supaya stop cuman bersaing kekuasaan aja antara elite-elite politiknya, tapi mulai serius ngerjain amanat jabatannya buat kerja untuk kepentingan rakyat banyak. Hm, ada yang merasa tersindir nggak ya?
Biasanya kalo seorang istri di Kenya itu mogok di ranjang, itu nggak masalah buat suami, toh kan masih ada istri-istri yang lain. Oh ya, koleksi istri adalah lumrah di Afrika, coz perempuan di sana masih jadi warga kelas dua. Nggak kayak di Indonesia, suami poligami langsung dicaci-maki dan diboikot, termasuk oleh pemilik blog yang feminis dan sinis berat pada para pria beristri banyak ini. Tapi gimana kalo yang terjadi adalah mogok massal, satu istri mogok, ya mogok semua..tentu para suami pun jadi stres berat.
Seorang suami di Kenya yang jadi korban pemogokan pun mengeluh bahwa hari-hari pemogokan ini telah bikin dia stress, cemas, dan susah tidur. Pikirnya, pemerintah yang salah, kok dirinya yang disuruh istrinya tidur di sofa?
Gara-gara mogok para istri yang gerakannya serentak secara nasional ini (lho, katanya mogok, tapi kok gerak sih?), penghasilan rumah-rumah bordil di Kenya jadi melesat tinggi. Yaa soalnya para suami yang ditolak istri-istrinya ini kan jadi terpaksa lari ke rumah bordil buat nyalurin hasratnya yang tertekan. Tentu saja yang cengar-cengir paling lebar di sini adalah para germo. Mungkin kata mereka, "Sering-sering aja bikin demo ginian ya, Ibu-ibu!"
Tapi menurut gw media memberitakannya terlalu berlebihan. Agak aneh juga kalo konflik politik doang bisa sampai mengimbasi urusan tempat tidurnya para rakyat. Jadi gw curiga bahwa demo ini sebenarnya bukan karena dikomporin WDO yang marah kepada pemerintahnya, tapi lebih karena akal-akalan asosiasi rumah bordil Kenya supaya mereka ada kenaikan penghasilan..
Bagaimana dengan kita? Kalo dipikir-pikir, masalah politiknya Kenya itu mirip juga dengan masalah negeri kita sekarang. Para pejabat lagi sibuk lobi-lobi sana-sini buat bagi-bagi kursi. Entah kursi apa, gw juga nggak ngerti. Padahal yang mau ditawarin kursi itu udah punya kursi sendiri buat ngurusin masalah rakyat. Helloo..Pak? Bu? Pasien saya banyak yang nggak kuat mbayar ambulans nih gara-gara Bapak-Ibu belum tanda tangan draf ini-itu, kok Bapak-Ibu malah ribut mau rebutan kursi kayak anak TK aja. Kalo mau kursi, beli aja di pasar kan banyak, mau yang plastik ada, mau yang besi ada, mau yang kayu jati ya ada. Warnanya juga macem-macem, ada yang pake bantal, ada yang pake senderan, kan tinggal milih. Atau siapa yang mau kursi tolong hubungin teman saya, soalnya dia mau pindah rumah..!
Jadi untuk terapi kejut para pejabat yang lebih sibuk bagi-bagi kursi dan lupa ngurusin rakyat ini, gimana kalo para wanita di Indonesia bersatu kompak untuk tidak meladeni kekasih masing-masing di tempat tidur? Nggak usah lama-lama, cukup seminggu aja..untuk menarik perhatian para pejabat, biar para pejabat itu ngerti bahwa cuma rakyat yang sengsara oleh kelakuan egois mereka. Perempuan-perempuan Kenya aja bisa kompak kok, mosok perempuan-perempuan Indonesia nggak bisa?
*sambil melirik asosiasi rumah bordil Indonesia*
(Berapa komisi yang mesti gw terima dari tulisan ini karena potensi naikin omzet mereka??)