Tuesday, May 19, 2009

Gratis Dokter Sehari


Buat yang selama ini ngeluh tarif dokter itu mahal, bersiap-siaplah. Besok, tanggal 20 Mei, seluruh dokter di Indonesia diimbau untuk ngegratisin pasiennya. Sehari aja.

Tidakkah ini bikin Anda bahagia?

Sari, 25, pasien telat mens dua bulan: "Hm, besok aku mau minta di-USG aja. Mumpung gratis. Biasanya bo'.."

Indra, 30, dokter Puskesmas: "Lho memangnya selama ini pasiennya mbayar to? Pasien saya Jamkesmas semua, jadi mereka emang nggak pernah bayar.."

Pak Amat, 58, pasien bronkitis kontrol teratur: "Calo yang suka kasih nomer antrian berobatnya, gratis juga nggak?"

Little Laurent, 26, dokter yang seneng ngeblog: "Kalo gitu besok prakteknya libur aja.."

Jadi ceritanya, Ikatan Dokter Indonesia ngajak anggota-anggotanya untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional besok, dengan cara menggratiskan biaya konsultasi pasien.

Kenapa begitu? Karena gini, seperti yang kita udah belajar bersama semenjak masih pake seragam putih-merah dulu, 20 Mei adalah tanggal lahirnya perguruan Budi Utomo yang didirikan oleh dokter-dokter Indonesia sebagai sarana pendidikan untuk rakyat miskin. Pendidikan inilah yang akan menjadi cikal bakalnya perbaikan nasib rakyat Indonesia dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang tidak terjajah (secara politis). Maka bisa dipahami bahwa yang pertama kali nolongin mental rakyat Indonesia nan miskin itu adalah dokter-dokternya. Karena dokter bukan cuman sekedar ngobatin pasien, tapi juga kudu mendidik masyarakat. (Waduh, banyak bener tugas gw yak?)

Perkembangannya sekarang, udah 100 tahun lebih dikit Kebangkitan Nasional, tapi rakyat masih banyak yang miskin. Susah beli makan, susah berobat, susah sekolah, pokoke susah segala macem. Nah, para dokter Indonesia diajak kembali mengingat ulah para seniornya yang bikin Budi Utomo dulu, dan merevisi kembali peranannya dalam upaya membebaskan rakyat dari kemiskinan. Caranya dengan menggratiskan biaya konsultasi dokter, selama tanggal 20 Mei itu.

*20 Mei aja ya, Vic? Nggak bisa lebih lama? Kalo perlu seumur hidup gratis gitu lho..*

Hwahahaha!

Gw setuju yang namanya sehat itu harusnya gratis. Setiap orang, nggak cuman yang melarat, tapi juga yang tajir, berhak untuk berobat dengan gratis. Tapi dokter tetap berhak dibayar. Karena dokter sudah bekerja meladeni orang lain kan?

*Betul, kita kan kudu dapet penghasilan. Supaya bisa makan bakso, beli desinfektan buat bersihin stetoskop, buat ngeblog.. Emangnya itu semua nggak butuh duit?*

Jadi, karena kesehatan rakyat adalah tanggung jawab negara, maka negara yang wajib bayarin dokter. Pemerintah Indonesia udah menggratiskan ini, meskipun belum seluruh rakyat yang terliputi. Rakyat miskin boleh berobat gratis, asalkan mereka emang terbukti miskin (yang ditandai bahwa mereka punya kartu Jamkesmas). Pegawai negeri sipil boleh berobat gratis, asalkan melalui mekanisme asuransi (yang diladeni oleh PT Askes). Jadi, sekarang yang belum terliputi hanya tinggal orang kaya dan pegawai swasta aja, toh?

Nyatanya, di lapangan kondisinya nggak gampang. Orang miskin masih banyak yang belum dapet kartu Jamkesmas. Jangankan punya kartu Jamkesmas, lha KTP aja nggak punya?

Pegawai negeri dan pensiunannya juga punya masalah. Ngurus kartu Askes aja birokrasinya berbelit-belit.

Dan, Jamkesmas juga hanya berlaku terbatas untuk Puskesmas dan Rumah Sakit layanan kelas 3. Kenapa tidak berlaku buat kelas 2, kelas 1, apalagi kelas VIP dan VVIP? Ya soalnya pelayanan kelas-kelas atas itu kan dibiayain rumah sakit sendiri, bukan oleh Pemerintah. Jadi kalo pasien tanggungan Pemerintah pengen dirawat pake layanan VIP, ya harus bayar ekstra dong ke rumah sakitnya.

Pada dasarnya, dokter nggak pernah beda-bedain pasien mbayar atau pasien nggak mbayar. Kalo pasiennya sakit A, ya obatnya harus untuk penyakit A dan bukan untuk penyakit B. Lain dari itu, semua pasien tetap sama-sama kudu ngantre dan ngomong dengan sopan. Coz pasien yang nggak punya sopan-santun, biasanya itu tanda-tanda sakit jiwa dan harus dimonitor ekstra, siapa tau kudu dikonsulin ke Bagian Psikiatri.

Tapi yang bikin mahal berobat itu bukan tarif dokternya, tapi tarif obatnya. Asuransi dari Askes hanya menggratiskan sebagian obat, coz masih banyak obat yang belum bisa ditanggung oleh Askes. Inilah yang sering jadi masalah. Karena itu banyak pasien merasa dirugikan karena ngira boleh berobat gratis, padahal masih ada obat yang harus dia pake tapi belum ditanggung oleh asuransi.

Jadi gw rasa, program Gratis Dokter Sehari itu baiknya diganti aja jadi program Gratis Rumah Sakit Sehari atau Gratis Obat Sehari. Coz dokter kerja karena emang punya belas kasih, dan belas kasih itu nggak bisa diganti dengan duit. Ya samalah kira-kira dengan guru. Tapi untuk bagian administrasi rumah sakit dan pabrik obat, apakah semuanya udah punya belas kasih?

Sodara-sodara Jemaah, selamat mengantre ke dokter besok. Mumpung gratis, cuma setahun sekali lho!