Beberapa perempuan senang dinaikkan egonya karena dipuja, bikin mereka lebih sexy ketimbang seorang Dewi Venus sekalipun. Tapi nggak banyak yang tau bahwa dipuja dan dilecehkan itu bedanya tipiss..banget.
Ada seorang teman gw, sebut aja namanya Gwen, seorang surveyor di perusahaan minyak. Gwen ini orangnya cukup menarik, kalo nggak mau dibilang cantik. Mungkin nggak cukup cantik buat jadi bintang iklan sabun mandi, tapi cukup menariklah buat jadi bintang iklan sabun cuci. Mungkin tidak cukup buat jadi cover majalah Vogue, tapi cukup menjual deh buat jadi cover Good Housekeeping.
Nah, Gwen punya pacar bernama sebut aja Gavin, seorang fotografer yang sangat artistik. Gavin ini jagoan banget, misalnya orang yang tadinya jerawatan, kalo difoto Gavin jerawatnya bisa nampak raib. Terus orang yang tadinya mukanya item, bisa oleh Gavin dibikin jadi putih. Keren, kan?
*Vic, itu semua orang juga bisa. Kan sekarang udah ada Adobe Photoshop..*
Dari semua model potretannya, nggak ada yang lebih Gavin sukai selain motret pacarnya sendiri. Gwen lagi chatting, difoto. Gwen lagi ngerujak, difoto. Gwen lagi ngupil, difoto. Dasar pria penuh cinta. Anehnya, difoto Gavin kayak apapun, Gwen yang biasa aja bisa jadi nampak cantik.
Lalu suatu hari pas gw buka Facebook, gw liat di profilnya Gwen udah ada foto baru. Wah, fotonya keren banget! Gw langsung telfon Gwen, "Foto lu bagus banget, Gwen. Kayaknya lu cocok jadi model lingerie Victoria's Secret."
Gwen malah bingung. "Foto apa?"
Gw: "Ituu..foto yang baru di-upload di FB lu. Mosok lu lupa seh?"
Eeh..Gwen langsung tutup telfon. Pas beberapa jam kemudian, gw liat di Facebook, foto flirtsy itu udah nggak ada lagi. Lhoo?
Gw telfon Gwen, "Kok dihapus sih fotonya?"
Lalu Gwen marah-marah. Katanya, foto itu telah menyeret dia dalam chaos besar.
Ternyata foto itu dibikinin Gavin pas Gwen lagi leyeh-leyeh di kamar. Oleh Gavin, fotonya di-upload ke Facebook, truz di-tag nama Gwen di situ. Gwennya nggak tau. Tentu aja seluruh friend Gwen di Facebook bisa liat, kan? Dan kita tau gimana suatu foto bisa dipersepsi macem-macem oleh yang ngeliatnya. Termasuk gw yang bilang, Gwen pantes jadi model underwear dengan foto itu.
Nah, ternyata di caption foto itu, Gavin nulis, "Darling, what a great sex bomb you are to me.."
Mampus.
Mulailah di bawah foto itu ada komentar macem-macem dari jemaat Facebook. Ada yang muji, ada yang meledek. Tau-tau ada yang komen begini, "Lonte, berapa tarif kamu semalam?"
"Whaat??!" teriak gw waktu Gwen cerita itu.
"Iya, Vic, gw dibilang gitu," keluh Gwen. "Gw ngerti sih maksud Gavin mau bilang dia bangga punya gw sebagai ceweknya. And I like him so well. Tapi entah kenapa dengan cara itu, it makes me like a whore."
Setelah kita analisa baik-baik, kita sepakat bahwa di foto itu sebenarnya Gwen tidak keliatan slutty. Sexy sih iya, flirtsy mungkin, tapi nggak slutty. Namun kita rasa, insiden lonte-berapa-tarif-kamu-semalam itu nggak akan ada kalo Gavin nggak pake acara nulis "sex-bomb" segala.
Kalo kita nggak alert, orang bisa aja nulis yang nggak-nggak tentang kita, biarpun itu nggak sengaja. Dan itu bisa terjadi di manapun, di Facebook, di komentar blog, di Flickr, dan lain-lain. Itulah gunanya ada moderasi di blog.
Tapi foto yang di-tag seseorang atas nama kita, mana bisa dimoderasi?
Gavin bengong waktu gw bilang kalimat "sex-bomb"-nya itu udah jadi bom waktu. Tanyanya polos, "Emangnya cewek nggak suka ya dibilang sex-bomb?"
Gw menghela nafas. Akhirnya gw bilang, "Lu lebih suka yang mana, punya pacar kayak Gwyneth Paltrow, atau punya pacar kayak Pamela Anderson?"
Kita semua memang kudu belajar melihat dua sisi dari apa yang kita lakukan. Karena, memuja dan melecehkan itu, bedanya tipiss..banget.