Gw percaya bahwa "you are whom you mix with". Kalo biasa gaul sama orang pinter, niscaya kita ketularan pinter. Kalo biasa gaul sama orang gila, kita bisa ikut-ikutan gila. Sama seperti kalo biasa nongkrong sama para perokok, lama-lama kita juga ikut-ikutan ngebul. Termasuk kalo biasa gaul sama orang dusun, mentalmu juga lama-lama ikutan dusun.
Jadi tulisan gw "Si Cantik dan Si Jelek" dua hari lalu dapet reaksi besar di Facebook. Dua orang kolega gw yang pernah dipekerjain di tanah terpencil di Papua bahkan bilang bahwa mereka juga nyaksiin hal yang sama menimpa kolega mereka di sana. Kasus yang sama, di mana kolega-kolega cewek kami itu juga akhirnya kepincut sama pria lokal, yang katanya ecek-ecek diliat dari segala sisi (ijazah, dompet, dan tampang). Mungkinkah ini sebagai efek samping dari dipekerjakannya para sarjana di tempat-tempat gersang, yang saking terisolirnya sampai-sampai kesulitan cari hiburan, sehingga akhirnya milih berkencan dengan produk lokal yang "nggak" banget?
Memang kudu gw sadari bahwa kolega gw sampai kepincut mantra itu juga karena setengahnya dipaksa keadaan. Di daerah tempatnya kerja itu nggak ada bioskop, tempat ajeb-ajeb, atau layar tancap. Mau senang-senang gimana, coba? Akibat nggak ada warmet, dan nggak semua orang tau caranya nyetel GPRS di HP, kolega gw jadi nggak pernah gaul dengan orang-orang selain di tempat dia berada. Orang-orang yang bisa diajak bicara hanyalah orang-orang di rumah sakit tempat dia berada, yaitu segelintir dokter yang juga berjuang sendiri-sendiri mengatasi kesepian masing-masing, serta para perawat yang jarang baca koran bermutu. Segala macam defisit wawasan itu bikin kolega gw sangat kesepian, sulit berkembang cari pekerjaan yang lebih prospektif, dan pada akhirnya menyerah pada godaan seorang mantri yang prestisenya "di bawah standar".
Ini bukan cuman kesulitan yang terjadi di pelosok yang nggak tersentuh peradaban hedon, tapi juga terjadi di kota besar. Sebagai contoh teman gw June, 26, pekerja pabrik pesawat terbang XX. June ini perempuan, dan sebagian besar koleganya adalah cowok. Nggak ada bahan cuci mata, coz Mas-Mas yang kerja di situ udah pada punya bini. Gimana nggak kurang gersang coba tempat itu, tak ada teman buat ngegosip atau sekedar dikencani?
June sampai dapet sial gara-gara kondisinya ini. June cerita di blognya, bahwa suatu malem, ia dikirimi SMS gelap yang seingat gw isinya gini, "Kamu June ya? Yang kerja di XX? Coba ya, jangan suka ganggu suami orang."
Wuaks! Kesiyan June, udah kesepian di tempat yang kebanyakan cowoknya, pake dituduh mau ganggu suami orang pula. Sahut June kesal, "Emangnya saya di rumah nggak punya tipi aja, sampai-sampai mau melirik Mas-Mas di XX?!"
Membuat gw sadar pesan samar June itu, kalo kau pengen punya selera pria yang oke, kau harus banyak-banyak nonton tivi.
Nah, karena sebagian besar pembaca blog gw adalah orang-orang perantauan yang jauh dari rumah dan membujang, maka gw akan kasih saran supaya Anda nggak sampai kepincut produk lokal yang ecek-ecek cuman gara-gara kelamaan belagak jomblo.
1. Rajin-rajinlah nonton tivi, terutama berita, apalagi infotainment. Infotainment ngajarin pemirsanya buat punya tongkrongan bagus, pake baju keren, dan mengencani pria ganteng atau cewek cantik. Suka tidak suka, itu akan mendorong kita untuk bercita-cita nyari kehidupan yang lebih baik.
2. Rajin-rajinlah baca majalah bagus, jangan cuman baca koran kabupaten yang nggak memuat berita apapun selain bupati baru meresmikan jalan darat dan skandal poligami PNS. Kolega gw, Tanto, 27, bilang bahwa untuk mengatasi kegersangannya waktu kerja di Fakfak, dia langganan majalah pria dewasa, yang dianter tiap bulan ke Fakfak pake kapal PELNI. Membaca majalah pria dewasa membuat para pria yang membujang tidak menjadi gay, plus bonus menyalurkan fantasi dengan cara yang sehat. Itulah sebabnya gw nggak pernah setuju Playboy Indonesia dibredel.
3. Isilah daftar kontak chatroom Anda dengan ID-ID pria-pria ganteng dan gadis-gadis cantik. Jika Anda perempuan, sediakan waktu buat mengobrol dengan pria ganteng, minimal satu orang setiap hari. Kalo nggak seneng chatting, ganti dengan e-mail. Percayalah, kalo temen ngobrol Anda itu keren, niscaya selera Anda juga ikut-ikutan jadi kelas premium. Akibatnya kambing-kambing desa kelas low-end yang berniat menggoda Anda cuman jadi bulu cemen doang.
Ini mungkin klise, tapi nggak pernah basi. Baca kitab suci, secara teratur tiap hari, bikin hati tetap tenang. Tuhan mencintai orang-orang yang baca kitab suci, dan menjaga mereka supaya tetap selamat di dunia dan akhirat. Selamat itu bukan cuman sekedar selamat dari bencana dan penyakit, tapi juga selamat supaya tetap bisa berpikir jernih. Dan berpikir jernih itu, mutlak diperlukan untuk menjaga selera supaya tetap tinggi.